Entah kepercayaan dari mana, Adrian langsung pergi ke tempat dimana ia dan Ellea dulu sering kunjungi.
Adrian bodoh, pergi begitu saja tanpa menunggu balasan dari Ellean.
Tapi namanya Adrian tetap Adrian, lelaki keras kepala yang sering kali bertingkah sesukanya.
Sudah hampir 20 menit ia menunggu, namun tanda-tanda kedatangan Ellean belum juga terlihat.
Adrian memperhatikan bungkus rokok yang memang sengaja ia bawa.
Rasanya sudah lama Adrian tidak mencicipinya.
Tanpa pikir panjang, Adrian lalu mengeluarkan sebatang rokok, menyalakannya, lalu menyesapnya dengan nikmat.
Sambil menatap pemandangan di depannya, Adrian hanya tersenyum tipis kala ingatan-ingatannya tentang Ellean terlintas.
Adrian masih ingat dengan jelas, bagaimana perempuan itu berbicara, bagaimana perempuan itu bertingkah, bagaimana perempuan itu mengungkapkan perasaannya.
Addian masih ingat dengan jelas, bagaimana hangatnya pelukan itu, pelukan paling hangat yang selalu ia rindukan.
Adrian masih ingat dengan jelas, bagaimana perempuan itu tersenyum. Senyuman paling indah di seluruh jagat semesta yang selalun Adrian sukai.
Adrian masih ingat dengan jelas, bagaimana sabarnya perempuan itu dalam menghadapi dirinya.
Lelaki itu lagi-lagi tersenyum tipis.
Bodoh sekali ia dulu, melepaskan perempuannya begitu saja.
“Bajingan.” Umpatnya pada diri sendiri.
Sudah satu tahun berlalu, tapi dirinya bahkan tidak bisa sedikitpun melupakan Ellean.
Ia ingin Ellean.
Ia rindu Ellean.
Tiba-tiba saja rokok yang berada di genggaman Adrian ditarik lalu dibuang.
“Jangan ngerokok,”
Adrian menoleh. Seketika matanya berbinar saat melihat sosok ini.
“El?” Ucapnya.
Tanpa basa-basi ia langsung menarik daksa perempuan itu kepelukannya.
Ellean terdiam sejenak, lalu dengan perlahan ia melepas pelukan itu.
“Ada apa, Ian?”
Adrian terdiam sambil menatap perempuannya itu.
Adrian tersenyum, ia lalu mengulurkan tangannya untuk merapikan helaia rambut Ellean yang sedikit berantakan.
Ellean terdiam.
Lelaki itu lagu-lagi tersenyum, ia lalu menangkuo wajah mungil perempuan itu.
“Cantik,” ucap Adrian.
“Adrian jangan gini ....” lirihnya.
“El ....”
“Ayo selesaikan semuanya,” ucap Ellean.
Adrian menunduk.
Rasanya sesak saat mendengar kata itu.
selesai
Kata yang tidak pernah Adrian pikirkan selama ini.
“Apa yang mau kamu omongin, ian ?” Ucap Ellean lembut.
Dengan berani Adrian lalu menatap wajah Ellean.
“El, buat semuanya, aku minta maaf.”
“Untuk aku yang pernah nyakitin kamu aku minta maaf,”
“El, seandainya aja aku gak egois, seandainya aja aku gak bodoh, mungkin sekarang kita masih sama-sama ya, El?”
Adrian terkekeh.
Tangannya terulur mengusap kepala perempuan itu.
“El, ada beberapa hal yang belum pernah aku bilang sama kamu,”
Adrian menatap Ellan, lalu menghela napasnya.
“Sesayang itu aku sama kamu, El ....” lirih Adrian.
“Aku bodoh, aku brengsek,”
“Aku terlalu dibutakan sama kasih sayang aku ke Jean sebagai teman, sampai aku lupa, kalau kamu itu satu-satunya kebahagiaan aku.
“Tapi lagi-lagi, aku bodoh, El”
“Maaf”
“Buat semuanya aku minta maaf ....” Adrian menunduk.
“Ian ....”
“Aku udah maafin kamu, selalu.”
“Ayo berdamai, Ian.”
“Aku sama kamu udah selesai, gak ada lagi yang perlu disesalin”
“we’re done Adrian,” ucap Ellean.
Lagi-lagi sesak mengantap relung hatinya.
Jadi, beneran selesai, ya?
Adrian menatap Ellean.
“Selesai, ya? Gak ada kesempatan, ya?”
Ellean menggeleng pelan.
Adrian tersenyum kecut, ia lalu menghela napas.
“Ellean ....”
“i love, you ....” lirih Adrian kemudian ia terisak pelan.
“i know ....” ucap Ellean.
Adrian menatap Ellean, ia lalu mengusapnya dengan sangat lembut.
“can i hug you, El? For the last time” ucap Adrian yang dibalas anggukan oleh Ellean.
Adrian lalu memeluk perempuan itu dengan sangat erat, seolah ia tidak ingin kehilanhan perempuannya.
Baik Adrian maupun Ellean, mereka sama-sama menangis.
Sakit sekali rasanya, seolah ada sesuatu yang berkali-kali menusuk dadanya.
“Ian, aku pamit, ya? Mulai detik ini, kamu harus bahagia, janji sama aku. Jangan siksa diri kamu,”
“Lupakan ya Ian,” ucap Ellean sebelum akhirnya ia melepas pelukan itu
“Ian, aku pulang, ya? Kevin nunggu di mobil, maaf dan terima kasih,”
Sebelum Ellean pergi, ia mengusap pelan wajah Adrian.
“Ian, be happy ....” lirihnya, lalu kemudian ia meninggalkan Adrian disana sendirian.