Jjaejaepeach

Cepet Sembuh

“Permisi” ucap seorang seseorang.

Najendra yang sedang memainkan ponselnya buru-buru merubah posisinya, lalu menoleh ka arah pintu yang sudah terbuka dan memperlihatakan seseorang disana

“Bener ya kamar Arjeno?” Ucap orang itu

“Loh? Kak Ariel?” Ucap Najendra sedikit kaget.

Iya, orang itu Ariel, sekretaris dari Dirga. Perempuan itu benar-benar pergi mengunjungi Arjeno.

“Eh kakak” ucap perempuan itu tersenyum

“Ayo kak masuk” ucap Najendra

Perempuan itu melangkahkan kakinya untuk masuk, lalu ia duduk di samping ranjang yang ditempati Arjeno.

“Sama siapa kak kesini?”

“Sendirian kok. Em papa kamu lagi kelaur ya?”

Najendra mengangguk.

“Ohh iya sini kak, saya bawa makanan ini huat kalian, tapi abang belum bangun ya?”

Najendra menggeleng “belum kak, tapi kata dokter gapapa kok”

“Syukurlah” ucap Ariel.

“Sini kak makan, kamu udah makan belum?” Tanya Ariel sambil menatap dan tersenyum pada Najendra

“Belum hehehe”

“Yasudah ini dimakan dulu, kamu jangan nunda makan nanti sakit” ucap Ariel lembut

Entah kenapa, saat Najendra mendengar ucapan-ucapan yang dilontarkan oleh perempuan ini hatinya menghangat.

“Kakak udah makan?” Tanya Najendra

“Udah kok, sok aja abisin ya sama kamu” ucap Ariel sambil mengacak pelan rambut Najendra.

Pandangan Ariel beralih menatap Arjeno yang masih terpejam, lalu ia meraih pergelangan tangan lelaki itu “abang cepet sembuh ya, kasian adek sama papa kamu khawatir...” ucapnya pelan sambil mengusap tangan Arjeno.

Maafin Papa

“Papa...” ucap Najendra saat melihat Dirga sampai disana.

Jujur saja, Dirga kaget mendengar anaknya kecelakaan, iya takut sangat takut, di satu sisi ia marah, tapi disisi lain ia juga khawatir.

Dirga mendekat pada Najendra yang sedang duduk di samping kakaknya yang sedang terbaring, lelaki itu menghela napas.

“Abang kenapa bisa kayak gini?”

Najendra menggeleng pelan “Maaf pah, kakak juga belum tau”

Sakit, sakit sekali rasanya saat melihat putra kesayangannya harus terbaring dengan beberapa luka di tubuhnya, hati Dirga sakit melihat itu.

“Papa, maafin kakak ya gak bisa jagain abang” ucap Najen tiba-tiba sambil menunduk

Dirga menoleh pada anak bungsunya itu, lalu tersenyum “hmm, gapapa kak, bukan salah kakak kok”

“Papa marah?”

Dirga menggeleng pelan “enggak, papa cuma khawatir, maafin papa ya gabisa jaga kalian, maafin papa yang jarang ada waktu sama kalian, papa bahkan gatau seharian ini kalian ngelakuin apa” ucap Dirga lirih.

Najendra yang mendengar itu langsung mendekat ke arah Dirga lalu memeluknya “papa gak salah kok, gapapa papa sibuk, kakak sama abang ngerti kok, papa kayak gini juga biar bisa bahagiain abang sama kakak kan? Jadi papa jangan minta maaf ya pah”

Dirga tersenyum lalu mengangguk

“Papa sayang kalian”

Rumah Sakit

Najendra segera pergi ke rumah sakit yang sebelumnya sudah diberitahukan oleh Herry teman kakaknya itu. Sepanjang perjalanan pikiran Najendra kalut, ia takut jika kakaknya kenapa-napa, di sisi lain ia juga takut jika Dirga papa mereka tahu hal ini.

Tidak butuh waktu lama Najendra sudah sampai di rumah sakit itu, dan langsung pergi ke ruang perawatan. Disana ada beberapa teman Arjeno, termasuk Herry, orang yang memeberi tahu kejadian ini.

Najendra langsung menghampiri Arjeno yang sedang terbaring dengan luka di sejukur tubuhnya. Entah kenapa ada rasa sakit saat melihat abangnya terbarinh di bangsal rumah sakit itu.

“Jen..” sahut Herry

“Kakak gua sejak kapan disini?” Ucap Najendra

“S-sorry Jen, kakak lo kecelakaan 3 jam yang lalu”

“ANJING! KENAPA LO BARU BILANG?!”

“Sorry Jen, soalnya tadi kakak lo masih sadar dan minta jangan ngasih tau lo, tapi kakak lo makin parah dan tadi semoet ditanganin dokter, kepalanya kena, tapi untungnya gak serius”

Najendra berusaha mengontrol emosinya “Berantem sama siapa kakak gue?”

Herry menggeleng “sorry, gue gatau, gue cuma denger dari sambungan telepon”

“Lo bilang kakak gue nyebut-nyebut mama?”

Herry mengangguk

“Ah sialan”

Flash Back (3)

Satu tahun berlalu sejak Dirga dipecat dari perusahaannya, hingga kini ia hanya bekerja freelance untuk mendapat uang dan juga sesekali bergantung pada penghasilan sang istri yang bekerja sebagai model.

Meskipun begitu, Dirga tetap berusaha agar keluarganya bisa mempunyai uang yang cukup. Sesulit apapun itu, ia harus membahagiakan keluarganya.

Semuanya berjalan lancar, baik Selina dan juga anak-anaknya, mereka selalu jadi penenang bagi Dirga.

Namun, semuanya tidak bertahan lama. Waktu itu, Dirga menemukan beberapa hal yang mengganjal tentang istrinya. Entahlah waktu itu Dirga sangat mempervayai istrinya. Ia yakin Selina tidak mungkin melakukan hal seperti itu.

Namun, sekeras apapun manusia berusaha menyembunyikan bangkai lama-kelamaan baunya akan tercium. Iya, waktu itu Dirga mengetahui jika istrinya bermain api di belakangnya. Demi apapun saat mengetahui itu, Dirga menjadi lelaki paling hancur. Istri yang ia cintai ternyata memiliki lelaki lain di belakangnya, dan kebih parahnya lelaki itu adalah lelaki yang sangat Dirga kenal, sahabatnya sendiri. Benar, Selina berselingkuh dengan Sahabatnya sendiri.

Bayangkan saja, dua orang yang Dirga percaya ternyata mereka busuk.

Dirga sadar, jika sahabatnya itu mempunyai segalanya, wajar saja jika Selina mau melakukan itu. Dirga sadar jika dirinya tidak seberharga dulu dimata Selina.

Setelah mengetahui itu, Selina memilih bercerai dan meninggalkan Dirga beseeta Arjeno dan Najendra yang saat itu baru saja mereka memasuki sekolah dasar, anak-anak tidak mengetahui apa-apa, dan juga mereka masih perlu sosok ibu.

Biasanya anak umur 7 tahun belum terlalu paham kan apa yang terjadi tentang perceraian? Tapi itu tidak berlaku bagi Arjeno dan Najendra, mereka paham sangat paham apa yang sedang terjadi pada keluarganya, dan mereka paham alasan mengapa mama mereka memilih meninggalkan mereka dan juga papanya, mereka tahu itu.

Bayangkan saja, setelah bercerai Dirga mati-matian menghidupi kedua anaknya, mati-matian mencari uang untuk sekolah anaknya. Dirga bahkan memiliki tubuh yang kurus, yang ia pikir hanya bagaimana cara agar dia bisa membahagiakan kedua putranya.

Tapi takdir memang baik ya? 4 tahun Dirga berjuang sendirian menghidupi kedua anaknya, akhirnya ia berhasil membangun perusahaannya sendiri dan sampai saat ini ia telah berhasil masuk ke jajaran pengusaha terkenal di Indonesia, ya walau posisinya tidak setinggu itu, tapi tetap saja dia berhasil.

Dirga, lelaki tangguh yang berhasil mempertanggung jawabkan semunya dan berhasil menjadi sosok ayah dan juga ibu bagi kedua anak-anaknya.

Flash Back (2)

Jika kalian pikir keluarga ini mempunyai segalanya itu salah. Mereka hanya keluarga yang bisa dibilang berkecukupan. Dirga dulu hanya seorang sekretaris di perusahaannya, dan Selina itu model, walau memang karirnya tidak begitu bagus.

Dari dulu, Dirga selalu berusaha memberikan segala yang ia punya untuk keluarganya, walau memang tidak mudah.

Pada awalnya, semua terasa baik-baik saja, tidak ada masalah apapun dalam keluarganya. Hingga suatu hari, tiba-tiba saja Dirga di pecat dari pekerjaannya dan entah karena apa. Waktu itu Dirga kalut, bahkan ia tak pulang kerumah semalaman. Ia bingung sekaligus takut. Takut jika ia tidak bisa menafkahi lagi keluarganya.

Namun sesulit apapun itu, Dirga harus bertanggung jawab, ia sudah menjadi kepala keluarga yang harus tetap mempertanggung jawabkan dan juga membahagiakan keluarganya.

Setelah Dirga dipecat, dengan berani ia menceritakan semuanya kepada istrinya, walau ia tahu resiko apa yang akan ia tanggung. Tapi ternyata dugaan Dirga salah, waktu itu Selina tidak marah, ia tersenyum sambil mengusap punggung suaminya itu.

“Gapapa mas, mungkin Tuhan punya skenario lain untuk kamu dan keluarga kita. Jangan ngerasa bersalah ya? Ada aku sama anak-anak disini, kita bakalan ada di samping kamu selamanya” sebuah kalimat yang waktu itu keluar dari mulut istrinya, ucapan yang mampu membuat Dirga merasa aman dan tenang. Dirga beruntung memiliki Selina. Ia mencintainya

Flash Back (1).

Dirga, dia adalah sosok lelaki penuh tanggung jawab, dia tidak pernah banyak membicarakan tentang janji, dia selalu mampu melakukan apapun yang bisa memuat orang yang dicintainya bahagia. ‘Keluarga’ adalah hal yang harus di utamakan, itu prinsip yang ia pegang dengan kuat sampai saat ini.

Dirga mencintai perempuan yang memang sudah lama ia perhatikan, mungkin sejak SMA? Ah pokoknya sudah lama sekali.

Awalnya Dirga berpikir jika ia adalah lelaki paling bahagia di seluruh dunia. Iya, dia berhasil menjadikan perempuan itu istrinya. Entahlah, mungkin takdir yang membawa mereka bersama.

Dua tahun setelah menikah, Dirga dan juga Istrinya Selina, mereka di karuniai dua orang putra, mereka hanya berbeda beberapa jam saja. Saat itu, Dirga menangis kala melihat kedua buah hatinya lahir ke dunia. Demi apapun, Dirga mencintai mereka.

Berbicara soal Selina, dari dulu, ia memang perempuan karir, bisa dibilang jika ia tidak suka berlama-lama diam di rumah tanpa bekerja. Sempat beberapa kali Dirga melarang istrinya untuk bekerja dan memintanya agar menjaga buah hati mereka. Tapi Selina tetap Selina, perempuan keras kepala yang akan melakukan apapun agar keinginannya terpenuhi.

Arjeno dan Najendra, mereka tumbuh menjadi kakak beradik tampan, mereka selalu menuruti perkataan Dirga maupun Selina.

Dulu, Dirga dan Selina sering sekali mengajak kedua anaknya itu jalan-jalan, walau hanya di sekitar perumahan mereka, tapi keduanya tetap meluangkan waktunya.

Oh ya, kalian tahu kenapa Arjeno dan Najendra sekarang di panggil abang dan kakak? Izin bercerita sedikit. Jadi dulu, saat kakak beradik itu berumur 4 tahun, Selina sempat hamil, dan tentu saja membuat Arjeno dan Najendra senang bukan main.

“mama, nanti kalo dedek bayii udah becal aku mau dipanggil abang ya? Bial kelen, jadi nanti aku bisa jagain dedek di pelut mama” ujar anak bernama Arjeno pada mamanya kala itu.

“Aku juga aku juga!!! Kalo nanti adek bayi udah lahir, aku mau dipanggil kakak ya ma? Bial kelen juga, nanti bayi di pelut mama kita panggil adek ya? Yeay!!” Sahur Najendra

Semua angan terasa indah bukan? Tapi jika takdir berkata lain kita bisa apa? Waktu, itu Selina terjatuh dan sayangnya bayi dalam kandungan Selina meninggal. Sedih bukan main pasti, apalagi kaka beradik itu sudah berangan-angan ingin melihat adik kecilnya.

Dan ya, seperti itulah awal mula mereka dipanggil abang dan kakak.

Seiring berjalannya waktu, Arjeno dan Najendra tumbuh menjadi anak laki-laki yang pintar, sejak dulu mereka selalu menjadi andalan di sekolahnya, karena mereka pintar. Baik Selina dan Dirga, mereka sangat menyayangi anak mereka.

Kakak Kaget

“Masuk aja kak” ucap Arjeno pada perempuan itu.

“Padahal gaperlu kesini kak” ucap Arjeno

Ariel tersenyum “gak papa, saya juga di suruh jaga kalian selama 3 hari ini, kalo enggak nanti papa kamu marahin saya terus gaji saya di potong” ucap Ariel terkekeh

Arjeno tertawa mendengar itu “emang papa mah gitu kak haha jangan di masukin ke hati ya kak” ucap Arjeno

Mereka berdua langsung berjalan ke dapur, dan untung saja Ariel memebeli beberapa bahan untuk di masak.

“Kamu sendiri di rumah?” Ucap Ariel yang kini tengah menyiapkan bahan untuk memasak.

“Ada Najen di kamarnya palingan lagi tidur”

Tak lama suara seseorang terdengar.

“Jeno, aba—”

“ASTAGFIRULLAH NGAPAIN LO BAWA-BAWA CEWEK KE RUMAH?! GUE BILANGIN BAPAK LO YEE” Najendra berteriak saat melihat Arjeno sedang bersama dengan Ariel.

Najendra buru-buru menghampiri Arjeno. Disana terlihat Arjeno dan Ariel menahan tawa karena melihat reaksi yang diberikan oleh Najendra adiknya.

“HEH!! Gila lu?! Ini siapa anjir?”

“Hai najendra saya Ariel sekretaris papa kamu” Ariel tersenyum

“Hah?! Bukan pacar Abang?”

Ariel terkekeh “bukan dong”

“Makanya lo jangan asal teriak, malu-maluin aja”

“Ya maaf kan gatau”

Adiel tertawa melihat interaksi kakak beradik itu “yasudah daripada berantem mending kalian mandi aja dulu ya? Ini makanannya sebentar lagi siap, kalau sudah langsung makan kesini ya”

Kamu Rapuh

Malam itu Galen memutuskan pergi ke apartment Elea, ini salahnya, ia pergi tanpa memberi tahu perempuan itu.

Sesampainya Galen disana, entah kenapa dirinya ingin sekali mengeluarkan semua yang ia tahan sejak tadi. Beberapa kali Galen memncet bell hingga akhirnya perempuan itu keluar dengan setelan kaos hitam dan juga celana panjang.

“Elea, maaf” dua kata pertama yang keluar dari mulut Galen sambil tertunduk

Elea tersenyum “gapapa, yuk masuk” ucap Elea

“Elea...” suara itu mengintrupsi Elea yang sebelumnya hendak masuk.

“Kenap—“

“Maafin saya...”

Sebuah dekapan langsung menyambar tubuh kecil Elea, perempuan itu terdiam saat Galen tiba-tiba saja memeluknya. Lelaki itu memeluk Elea sangat erat.

“Maafin saya maafin saya, tolong biarkan saya seperti ini untuk beberapa saat” ucap Galen lirih.

Dengan berani Elea mengusap pelan kepala Galen “K-kamu kenapa?”

“Elea, saya tidak tahu harus gimana lagi, saya gak mau bikin Alena kecewa. Elea saya tolong bilang kalau semua ini akan baik-baik aja, tolong bilang kalau aku kuat” ucapan Galen sangat lirih, membuat hati perempuan itu bergetar hebat.

“K-kamu bakal baik-baik aja, kamu kuat Galen kamu kuat” ucap Elea

Jujur, perempuan itu bahkan tidak tahu apa yang sudah terjadi hingga membuat lelaki ini terdengar begitu rapuh.

Entah keberanian darimana Elea dengan beraninya mengelus rambut Galen dengan sangat lembut, sambil berusaha menenangkan lelaki itu.

“Galen kamu rapuh saya tahu itu, keluarkan semuanya sekarang, ada saya disini” ucap Elea lembut

“Kamu kuat, kamu mampu saya yakin. Galen, kamu gak sendirian, ada Alena dan juga ada saya yang akan support kamu”

“Banyak yang sayang kamu, kamu gak sendirian, jangan menganggap bahwa diri kamu adalah manusia paling rapuh ya?”

Elea menghela napasnya dalam.

‘Seperti saya Galen, saya juga sayang kamu..’ ucapnya dalam hati.

Ada Aku

Alena tengah berada di sebuah taman pinggiran kota. Setelah Evan menjemputnya Alena tidak ingin pulang, hatinya kacau, pikirannya kalut, perempuan itu sejak tadi menahan tangisnya.

“Heii, kamu kenapa?” Ucap Evan lembut pada Alena

Alena diam sambil menunduk.

Dengan berani Evan mengusap kepala Alena dengan lembut “Alena, kamu kenapa hmm? Jangan dipendem sendirian ya?”

Tiba-tiba saja terdengar suara isakan “Ayah...” ucapnya lirih

Evan terus mengusap kepala Alena, sambil sesekali merapikan beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya.

“Kenapa orang-orang jahat ke Ayah? Termasuk kakek” ucap Alena lirih

“Evan, ayah orang baik, tapi kenapa semuanya jahat” Alena terisak

“Kenapa hmm?”

“Tadi, kakek nyuruh aku sama ayah pergi ke rumahnya, aku pikir kakek cuma mau ketemu ayah sama aku, tapi ternyata bukan”

Alena menghela napas “Ayah, dia dipaksa nikahin anak temennya kakek Evan, kakek maksa aku biar ngijinin ayah nikah, tapi aku gamau” Alena terisak

“Kakek bilang kalau aku gak nurut posisi ayah di rumah sakit bakal tercoreng, kakek bilang kalo aku sama ayah gak nurut sama keinginan kakek, dia bakal bikin sesuatu biar ayah gak jadi dokter lagi. Kenapa kakek jahat? Padahal dia orang tua ayah...”

“Evan, aku gamau reputasi sama kerja keras ayah selama ini hancur cuma gara-gara Alena gak setuju sama kakek” Alena terisak

“Andai ada bunda disini...” Isakan Alena semakin keras.

Evan yang melihat itu merasa terisis di ulu hatinya, perempuannya menangis, perempuannya sedang rapuh.

Dengan berani Galen mendekatkan dirinya lalu memeluk hangat tubuh perempuan itu sambil mengusapnya pelan.

“Nangis sepuas kamu, abisin sekarang, ada aku disini, ada aku yang selalu support kamu, ada aku yang selalu ada buat kamu...”

“Aku disini Alena, kamu gak sendirian okey? Bunda kamu juga pasti lagi lindungin kalian walau dengan caranya. Alena, aku percaya Ayah kamu akan baik-baik aja, jangan nyalahin diri kamu sendiri ya? Aku yakin kakek kamu gak akan sejahat itu...”

“Tap—“

“Ssstttt, sekarang tenangin diri kamu, terus abis ini kita pulang ya? Jangan bikin ayah kamu khawatir...”

Alena memeluk tubuh evan dengan erat. Peluknya hangat, suranya lembutnya mampu membuat Alena tenang.

“Makasih...” ucap Alena

Maafin Ayah

“Ayahh, kenapa kakek minta kita kesana? Kenapa juga Alena ikut?”

Galen menghela napas “bentar ya sayang, nanti ayah ceritain okey? Alena, kalau nanti kakek ngomong macem-macem jangan di dengerin ya?”

Alena mengangguk “iya ayah, Alena paham kok”

Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai dikediaman orang tua Galen. Lelaki itu menghela napan panjang, lalu menoleh ke arah putrinya.

“Alena yuk masuk” ucap Galen sambil menggenggam erat tangan putrinya itu.

“Alena, maafin ayah” Gumamnya pelan