𝗧𝘂𝗷𝘂𝗵 𝗕𝗲𝗹𝗮𝘀; 𝗦𝗲𝗮𝗻𝗱𝗮𝗶𝗻𝘆𝗮
Bumi baru saja tiba di rumah Senjani. Seperti biasa, ia di sambut hangat oleh keluarga itu.
“Tante...” ucap Bumi yang kini sedang menyapa Mama Senjani
“Aduh Bumi, udah lama kamu gak mampir ya”
Bumi hanya terkekeh mendengar ucapan wanita paruh baya itu “maaf tante” ucap Bumi
“Eh iya Bumi, tau gak ada siapa?” ucap Senjani
Bumi menggeleng “enggak, ada siapa senja?”
“Ada ayah” ucap Senjani tersenyum
Jantung Bumi, tiba-tiba saja berdenyut dengan sangat cepat. Jujur saja, Bumi bahkan hanya pernah bertemu dua kali dengan papa Senjani, dan itupun saat hari kelulusan SMP dan saat awal masuk SMA.
Senjani terkekeh saat melihat raut wajah Bumi yang terlihat takut.
“Bumi, ayah aku gak galak ih. Jangan takut” ucap Senjani
Bumi hanya tersenyum canggung.
“Anak-anak, ayo makanannya udah jadi nih,” teriak Mama.
Senja menarik lengan Bumi agar ia ikut makan bersama keluarganya.
“Sini Bumi, duduk samping Senja.” Ucap Senjani sambil menepuk pelan kursi di sampingnya.
“Bumi, jangan malu gitu ah” ucap Mama pada Bumi.
“Hehe iya tante” ucap Bumi.
Tak lama seorang lelaki paruh baya duduk di hadapan Bumi
“Loh? Bumi ya?” Ucap lelaki paruh baya itu
“Iya om hehe”
“Udah-udah, nanti ngobrolnya ya? Kita berdoa dulu” ucap Mama Senjani
Ayah Senjani langsung memimpin doa. Bumi diam-diam memperhatikan sosok dihadapannya itu.
Berwibawa sekali, pikir Bumi.
Kegiatan makan malam pun dimulai, keluarga itu banyak bercerita mengenai kegiatan mereka masing-masing. Dari mulai Senjani yang menceritakan kegiatannya di sekolah, ayah yang menceritakan keadaan kantornya, dan mama yang menceritakan tentang kegiatannya selama di rumah.
“Bumi, kok diem aja?” Ucap Mama Senjani
“Ayo ceritain. Kamu tadi sekolah gimana?” sahut Ayah Senjani tiba-tiba.
“Oh iya, Bumi tadi abis lomba lo yah” ucap Senjani
“Lah iya. Ini kan mama nyiapin cookies buat Bumi” ucap Mama pada Bumi
“Makasih tante” ucap Bumi
“Wah, lomba apa emang Bumi?” Tanya ayah pada Bumi.
“Biologi om”
“Gimana hasilnya?”
Bumi hanya tersenyum pelan “Juara dua om, jelek...” ucap Bumi lirih
“Loh? Kata siapa jelek? Juara dua itu bagus loh Bumi, gak semua orang mampu kayak kamu. Kenapa kamu mikir gitu?”
“Hehe, soalnya Bumi gak bisa banggain mama sama papa”
“Bumi, orang tua kamu pasti bangga. Orang tua mana sih yang gak bangga sama anak pintar kayak kamu?” Ucap mama pada Bumi
“Tuh Bumi, denger” ucap Senjani
Bumi menghela napasnya.
Memang benar, orang tua mana yang tidak bangga terhadap prestasi anaknya? Siapapun pasti bangga.
Tapi tidak dengan orang tua Bumi, mereka tidak pernah bangga terhadap apapun yang Bumi raih.
“Iya tante hehe”
“Bumi, kok kayak sedih gitu?” Ucap ayah pada Bumi.
“Bumi hebat, zaman sekarang anak SMA terutama laki-laki jarang sekali ada yang mau ikut lomba seperti ini. Bumi hebat, om aja bangga banget dengernya. Apalagi kamu dapet juara dua ya? Jangan sedih Bumi. Om, Tante, Senjani, kita semua bangga sama hasil yang kamu raih”
Tiba-tiba saja Mama senjani mendekatkan dirinya, lalu perempuan paruh baya itu mengusap pelan pucuk kepala Bumi
“Selamat ya Bumi, karena udah jadi anak hebat. Mama bangga sama Bumi” ucapnya lalu ia memeluk Bumi dengan sangat erat.
“Loh? Kok nangis?” Ucap Ayah pada Bumi
“Bumi belum pernah ngerasa sehangat ini om, bahkan baru kali ini Bumi dapet apresiasi dari sosok orang tua. Meskipun om sama tante bukan orang tua Bumi, meskipun om sama tante gak terlalu kenal Bumi. Tapi makasih banyak. Bumi seneng, ternyata sebahagia ini” ucap Bumi
“Bumi, ayah, mama, sama aku sayang sama Bumi. Mulai sekarang kita keluarga ya?” Ucap Senjani.
Lelaki dihadapan Bumi pun ikut mengusap pelan pucuk kepala Bumi. Seperti usapan kepada anaknya sendiri.
Ah, seandainya saja yang saat ini sedang memeluk Bumi adalah mamanya. Seandainya saja lelaki paruh baya ini adalah papanya. seandainya saja ini keluarganya. Mungkin Bumi akan jadi manusia paling bahagia karena bisa merasakan kehangatan luar biasa yang memang belum pernah ia rasakan sejak dulu.
Tapi meskipun begitu, ia tetap bersyukur. Setidaknya, walaupun kedua orangtua Bumi seperti itu, ia tetap akan berterimakasih karena mereka sudah mau merawat dan memberi Bumi biaya, ya meskipun memang seringkali ia diabaikan. Tapi tidak apa-apa.