Unrequited

Hari itu, dengan setelan jas berwarna hitam, Adrian melangkah kan kakinya sambil tersenyum, terlihat sangat baik.

Dengan senyum yang tipisnya itu Adrian duduk manis di kursi tamu.

Adrian kembali tersenyum.

Hari ini, ya? Acara pernikahan perempuan kesayangannya dengan sahabatnya itu.

Entahlah, ia bahkan tidak paham perasaan apa yang saat ini ia rasakan.

Sejak kemarin malam, Adrian bahkan seperti tidak mempunyai semangat hidup, ia benar-benar seperti seseorang yang tengah terombang-ambing di tengah lautab.

Bahkan sejak satu minggu yang lalu, tatapan Adrian benar-benar kosong.

Adrian menghela napasnya ketika mendengar jika acara pernikahan itu sudah di mulai.

“Yan, kesana yok,” ucap Reka menepuk pundak Adrian.

Adrian mengangguk “Iya,” ucapnya.

Satu persatu tamu mulai bersalaman dengan mempelai, termasuk Adrian, Egi, serta Reka yang tengah menunggu gilirannya.

Sejak tadi, betra Adrian tidak lepas dari Ellean, perempuannya.

Perempuan kesukaannya.

Perempuan kesayangannya.

Tatapan Adrian saat menatap Ellean bahkan terlihat sendu, apalagi ia melihat perempuan itu memakai gaun pernikahan impiannya sejak dulu.

Ada perasaan sesak saat ia tiba-tiba saja mengingat kenangan bersama Ellean.

Ia pikir, hari ini adalah hari bahagianya.

Ia pikir, hari ini adalah hari bagi dirinya untuk mempersunting Ellean.

Tapi kenyataannya tidak seperti itu.

Hari ini, Adrian malah datang sebagai tamu undangan di pernikahan perempuan kesayangannya itu.

Adrian lagi-lagi tersenyum tipis.

“Hei .... selamat, El” ucap Adrian ketika ia berdiri di hadapan Ellean.

Cantik, Ellean selalu cantik di mata Adrian.

Perempuan itu tersenyum manis saat Adrian menjabat tangan kecilnya.

“Adrian .... makasih,” ucapnya.

Di samping perempuan itu, ada Kevin, sahabat baik Adrian yang sekarang menjadi satu-satunya laki-laki yang berhasil membawa Ellean ke jenjang pernikahan.

Netra lelaki itu kembali menatap Ellean.

Adrian tersenyum.

“Selamat ya, El? Selamat atas pernikahannya,” ucap Adrian yang di balas anggukan oleh Ellean.

“Makasih udah dateng, Ian,” ucap Ellean tersenyum.

“El ....”

Can i hug you? for the last time ....” ucap Adrian.

Ellean terdiam.

Kevin berdehem, lalu tersenyum sambil memberikan isyarat jika Adrian boleh melakukannya.

Ellean menatap Adrian, lalu mengangguk.

Perempuan itu lalu merentangkan tangannya.

for the last time ....” ucap Ellean sambil memeluk erat tubuh Adrian.

Andai kalian tahu, baik Adrian maupun Ellean, mereka berdua sama-sama merasakan sesak. Hanya saja, sesak yang di rasakan Ellean tidak sesakit apa yang Adrian rasakan saat ini.

“Selamat menempuh kehidupan baru ya, El. Untuk semua yang pernah terjadi di masa lalu, untuj semua bahagia dan rasa sakit yang kamu lalu, aku minta maaf, maaf pernah nyakitin kamu, maaf karena gagal buat jadi apa yang kamu mau ....” ucap Adrian.

“Ellean, jaga diri baik-baik, ya? Makasih karena udah mau berdamai sama masa lalu kamu, makasih karena pernah jadi bagian paling indah di dalam hidup aku. Sekarang hidup bahagia sama Kevin ya, El. Aku ikut bahagia ....” lirih Adrian sambil berusaha menahan sesak luar biasa.

“Ellean ....”

“Buat terakhir kalinya ....”

“Aku sayang kamu ....”

“Selamat menempuh kehidupan baru, Ellean,” ucap Adrian sebelum melepaskan pelukannya.

Ellean tersenyum, lalu menganggu pelan.

“Bro,” ucap Adrian pada Kevin.

Kevin tersenyum lalu memeluk Adrian.

Sorry and thank you, yan” ucap Kevin.

Adrian mengangguk, lalu menepuk pundak sahabatnya itu.

“Gue percaya sama, lo,” ucap Adrian tersenyum, sebelum akhirnya ia pergi darisana.

Adrian melangkah keluar gedung itu, memilih pergi ke rooftop sendirian.

Adrian menghela napasnya.

Jadi akhirnya seperti ini, ya?

Seperti ini ya rasanya cinta tak terbalas?

Adrian terkekeh pelan.

Jadi seperti ini ya rasanya Ellean dulu? Ketika ia selalu mengabaikannya demi orang lain, ketika ia selalu melupakan keberadaan perempuan itu demi orang lain.

Ternyata perasaan tak terbalas sesakit ini, ya?

Lagi-lagi Adrian terkekeh.

“Selamat, El ....” lirihnya sambil menatap langit siang itu.

Tanpa sadar, air mata pun jatuh.

Adrian menangis dalam diam.

Semua rasa bahagia, rada sakit yang selama ini ia lalui hanya tinggal kenangan.

Mulai detik ini, semua kisah tentang dirinya serta Ellean hanya akan tersimpan rapih di sudut hatinya yang paling dalam.

Ini balasanya, ini karmanya.

Adrian ikhlas, harus ikhlas.

Meskipun sekarang ia yang tak terbalas, meskipun sekarang ia yang di tinggalkan, tidak apa-apa.

Adrian menghela napasnya, ia lalu beranjak pergi dari sana, meninggalkan semua perasaan yang selama ini ia simpan.

Kisahnya sudah usai, usai sampai disini.

Hidup harus terus berjalan, kan? Meskipun banyak luka yang bahkan masih basah dan belum sembuh.

. fin