Ujung Cerita.

Lelaki itu berdiri menatap Ocean yang kini tengah menunduk di hadapannya.

Agam menarik napasnya dalam berusaha menahan sesak. Apalagi ketika ia mengingat jika sekarang mereka sudah resmi bercerai.

“Oce,” panggil Agam.

“Udah lega pisah dari aku?” Tanya Agam pada perempuan itu.

Alih-alih mengangguk Ocean hanya diam dan terus menunduk. Lalu tiba-tiba saja ia terisak dan menggeleng pelan.

Agam lagi-lagi menghela napasnya dalam. Perlahan ia menarik Ocean ke dalam pelukannya tanpa mengatakan apapun.

Keduanya tanpa sadar saling mengeratkan pelukan. Ocean menangis dan menyembunyikan wajahnya di pundak Agam. Begitu juga dengan Agam, ia pun menangis.

Tidak ada yang berbohong ketika mereka mengatakan masih sama-sama saling mencintai. Namun lagi-lagi hanya ini jalan yang bisa mereka lalui.

Agam masih sangat mencintai Ocean. Begitu juga sebaliknya.

Bukan tanpa alasan Agam nenyetujui perceraian ini. Agam terlalu mencintai Ocean sampai ia rela kehilangannya.

Agam berpikir, jika ia terus saja mempertahankan Ocean yang ada malah nantinya perempuan itu semakin sakit. Apalagi mengingat jika Bunda sangat membenci Ocean. Maka dari itu Agam menyetujui permintaan Ocean.

Setidaknya jika berpisah, Ocean bisa jauh dari luka yang sudah keluarganya ukir.

“Maaf …,” gumam Agam memeluk Ocean.

“Maaf aku nyerah,” jawab Ocean sambil mengeratkan pelukannya.

Agam melayangkan kecupannya berkali-kali pada puncak kepala Ocean sebab ia enggan melepas perempuan itu.

Agam masih ingin menghabiskan banyak waktu bersama Ocean tanpa perlu khawatir akan kehilangan.

Ocean masih ingin menghabiskan banyak waktu bersama Agam tanpa perlu khawatir akan rasa sakit.

Mereka masih ingin membangun semua hal bersama. Tapi lagi-lagi tembok besar selalu saja menghalangi.

“Habis ini, aku minta jangan sedih-sedih lagi ya Oce. Maaf kalau selama ini kamu harus ngerasain banyak kesakitan hanya karena mencintai aku.”

“Maaf ya Ocean karena sama aku kamu banyak nanggung rasa sakit. Aku bener-bener minta maaf …,” gumam Agam sambil mengeratkan pelukannya.

Ocean tidak menjawab, ia hanya menangis.

“Janji ya Ce. Janji buat terus jadi orang tua yang baik buat Ciel meski nanti mungkin bakal sulit karena kita udah gak ada ikatan.”

“Aku sayang kamu sayang banget … maaf sekali lagi,” lirih Agam.

Ocean terisak, lalu perlahan ia melepaskan pelukan itu dan memberanikan diri menatap Agam.

Perlahan tangan Ocean bergerak meraih wajah Agam dan mengusap air mata lelaki itu.

“Makasih ya, Gam? Karena kamu selalu berusaha buat bikin aku seneng walau memang kadang sikapku ini egois. Makasih karena gak pernah lupa buat bilang kalau kamu sayang aku. Makasih karena selama ini kamu udah jadi pacar, suami, dan ayah yang hebat banget.”

“Maaf ya Gam, karena akhirnya aku milih buat nyerah.”

“Aku harap setelah ini, baik kamu ataupun aku. Kita sama-sama dapet bahagia baru yang lebih baik.”

“Agam …”

“Makasih banyak,” ucap Ocean lantas ia kembali memeluk Agam.

Agam terisak dalam pelukan itu dan mengeratkan pelukannya. Ia benar-benar mencintai Ocean dan enggan kehilangan. Tapi lagi-lagi kenyataan berkata lain.

Sedalam apapun ia mencintai, kenyataannya hanya perpisahan yang selalu mereka hadapi.

Lantas, ujung cerita mereka disini. Berakhir dengan saling melepas tanpa berusaha untuk tetap mengenggam.