Trust Me.
Saat ini, Juli tengah berhadapan dengan Sagara di parkiran cafe tempat kerja Juli.
Entahlah, perempuan itu pun tidak mengerti, kenapa tiba-tiba saja Sagara menghampirinya.
Sagara bilang dia ingin mengatakan sesuatu. Maka dari itu, sekarang dia tengah menatap Juli.
“Ada apa?” Tanya Juli.
Sagara hanya terdiam, sejak Juli menghampirinya atensi Sagara tidak beralih untuk terus menatap Juli.
Ini memang aneh, Sagara bahkan tidak pernah merasa secandu ini. Sejak Sagara mengenal Juli, secara tidak langsung, semua hal yang berkaitan dengan perempuan itu sangat melekat di pikiran Sagara. Seolah-olah, Juli selalu berlarian di pikirannya.
“Sagara, ada apa? Dari tadi saya nanya loh,” ucap Juli sebab Sagara sedari tadi hanya terdiam memperhatikannya.
Sagara lalu menyandarkan punggungnya di mobil, lengannya kemudian mengait di depan dadanya. “Kenapa saya gak boleh suka kamu, Jul?” Tanya Sagara membuat Juli tiba-tiba sama menatapnya.
Perempuan itu terdiam.
“Kenapa saya gak boleh suka kamu, Jul?” Lagi, Sagara kembali mengulang pertanyaannya.
Juli menghela napasnya, kemudian dia menunduk. “Karena saya gak punya apa-apa Saga …” lirih Juli pelan.
Sagara menghela napasnya, kemudian perlahan jemarinya bergerak untuk meraih dagu perempuan itu agar ia menatapnya.
“Liat mata saya, Jul. Saya beneran suka kamu, saya gak becanda, dan saya serius,” jelas Sagara pada Juli.
Juli menatap netra hitam milik lelaki itu. Dan benar saja, disana, Juli tidak melihat kebohongan.
“Saya takut Sagara …”
“Saya takut orang-orang meng-“ belum sempat Juli menyelesaikan kalimatnya, Sagara sudah lebih dulu menarik Juli agar masuk ke dalam dekapannya.
“Trust me, no one can hurt you. Ada saya Juli, percaya sama saya, ya?”