This is How We Fall in Love.

Deru ombak sore ini tampak sedikit tenang, tidak seperti biasanya. Entahlah, tapi nampaknya langit sore ini pun terlihat tengah berbahagia.

Dua anak Adam dan Hawa itu kini tengah duduk bersebelahan, dengan netra yang menatap ke depan.

“Kayaknya aku harus sering bawa kamu kesini deh,” ucap Sagara pada Juli.

Perempuan itu lantas menoleh. “Kenapa?”

Sagara mengalihkan atensinya menatap netra hitam kecoklatan milik perempuan ith

“Kamu senyum terus soalnya, haha.” Sagara tertawa di akhir kalimatnya sedangkan Juli hanya menggeleng.

Lagi-lagi kalimat-kalimat yang Sagara lontarkan terdengar sangat manis, tak jarang membuat Juli seperri merasakan perasaan menggelikan pada perutnya.

Sagara terkekeh, kemudian ia mengalihkan atensinya untuk menatap hamparan laut yang dihiasi warna jingga dari langit.

Entah keberanian dari mana, tapi tiba-tiba saja tangan kekar Sagara bergerak meraih jemari yang lebih kecil darinya, membuat si empunya terkejut.

Lantas, perempuan itu menatap jemarinya yang kini tengah digenggam hangat oleh Sagara.

“Kayaknya Tuhan juga tau deh, Jul,” ucap Sagara.

Juli mengangkat sebelah alisnya. “Tau apa?”

“Kalau tangan kamu emang cocok buat aku. Liat, pas banget buat digenggam,” ucap Sagara lagi yang kini mengangkat tangannya yang masih setia menggenggam Juli.

Lagi-lagi Juli hanya bisa menahan napasnya. Menahan perasaan malu, sebab untuk kesekian kalinya Sagara membut dirinya kewalahan.

Juli hanya menanggapi dengan kekehan pelan.

“Jul …,” lagi Sagara memanggil Juli.

“Apa, Sa? Mau gombal apalagi?” Tanya Juli seketika membuat Sagara tertawa.

Sagar menoleh, kemudian ia mengubah posisinya agar berhadapan dengan Juli.

Netra Sagara menatap dalam perempuan itu.

“Juli …,”

Sagara terdiam sejenak lalu terdengar suara kekehan.

“Kok malah ketawa?” Tanya Juli.

Sagara menggeleng, lalu jemarinya perlahan bergerak membenarkan beberapa helai rambut milik Juli yang tertiup angin.

“Ayo pacaran Jul,” ucap Sagara tanpa aba-aba membuat Juli membulatkan matanya terkejut.

Juli terdiam.

Demi apapun, Sagara ini senang sekali membuat dirinya terkejut.

“Becanda? Kaget,” balas Juli membuat Sagara tertawa.

Sagara menggeleng. “Aku gak pernah becanda, Jul.”

“Dari awal aku bilang kalo aku punya perasaan sama kamu, itu beneran. Aku gak pernah bohong,” jelas Sagara.

Juli terdiam, ia ingin, tapi ragu.

“Coba liat mata aku,” perintah Sagara membuat perempuan itu menatapnya.

“Aku tulus, Jul,” ucap Sagara dengan nada suaranya yang lembut.

Juli menatap netra itu. Berusaha mencari celah kebohongan. Alih-alih menemukan itu, Juli justru hanya bisa merasakan keteduhan dan ketulusan dari tatapan yang Sagara berikan.

Dan selama ini, Juli tidak pernah ditatap sebegitu tulusnya oleh orang lain, seperti yang dilakukan Sagara saat ini.

Kemudian tanpa sadar, Juli menganggukan kepalanya pelan. “Iya,” ucap Juli tanpa mengalihkan pandangannya dari Sagara.

“Aku mau,” lanjutnya lagi membuat lelaki itu tersenyum.

Really?” tanya Sagara, yang kembi membuat Juli mengangguk pelan.

Sagara terkekeh, lalu kemudian ia merentangkan tangannya.

“Jadi, sekarang aku boleh leluasa buat meluk kamu, ya?” Tanya Sagara membuat wajah Juli memerah.

Lagi-lagi Sagara terkekeh, sedetik kemudian ia menarik tubuh Juli agar masuk ke dalam pelukannya.

“Makasih banyak.”

I love you,