that’s us
Karena kita hanya sebatas hampir...
-
Kamu bilang kalau pertemuan kita adalah sebuah takdir yang menyenangkan.
Kamu bilang kalau aku adalah seseorang yang mampu membuat kamu paham, bahwa cinta itu benar adanya.
Berkali-kali kamu bilang, kalau segalanya bagimu adalah aku.
Waktu itu, saat kamu pertama kali datang ke dalam duniaku, aku sedang berlari kencang. Berlari untuk bersembunyi dari pahitnya luka.
Kamu yang tiba-tiba saja datang memelukku, dengan segala ketenangan yang ada dalam diri kamu waktu itu.
Kamu yang memintaku untuk kuat meskipun banyak luka yang belum sembuh.
Bahkan kamu yang mampu membuatku kembali berdiri kokoh, seolah luka yang tadinya menganga kembali tertutup.
Waktu itu, kamu bilang kalau kita itu adalah dua orang yang memang harus saling menguatkan, kamu bilang itu Gantara. Tapi kenyataannya apa?
Tiba-tiba saja kamu pergi. Tiba-tiba saja kamu hilang. Seolah kehadiranmu itu hanya sebuah angin lalu.
Tidak ada maaf. Tidak ada pamit.
Aku tidak pernah melarangmu untuk pergi, aku tidak pernah berharap kamu pergi.
Bahkan sampai saat ini, yang aku mau cuma kamu.
Kata orang, merelakan itu adalah salah satu bentuk mencintai paling dalam bukan?
Aku tidak menangis, tenang saja.
Hanya saja...
Aku rindu kamu, rindu sekali.
Tatapan teduhmu, peluk hangatmu, senyum manismu. Aku rindu semuanya Gantara!
Sejauh ini, aku masih ingin kamu, aku ingin pelukmu, aku ingin tatapan teduhmu itu kembali. Tidak pernah ada seseorang yang sedalam kamu.
Kamu dan semua kenangan manismu, semuanya bahkan masih disini, masih tersimpan di dalam kotak yang kini sudah terlihat sangat usang.
Gantara, kita bahkan belum berhasil menggores cerita menyenangkan. Kita bahkan belum berhasil menjadi Kita—yang seutuhnya.
Cerita kita bahkan belum berhasil memasuki garis finish. Hampir saja kita berjalan, hampir saja kita memulai.
Benar kata orang.
Kita itu hanya sebatas hampir yang tidak akan berubah menjadi pernah.
Hampir saja aku dan kamu bersama. Hampir saja aku dan kamu beriringan. Hampir saja aku menjadi duniamu. Hampir saja aku dan kamu menjadi kita.
Ah sudahlah, selamanya kita hanya akan menjadi hampir.
Gantara...
Semoga, hampir milik cerita kita ini ini segera di pertemukan kembali, ya?
Aku merindukanmu!