Terima Kasih Sudah Pulang.
Malam ini jalanan kota Jakarta cukup macet, membuat mobil Haikal berdiam tak bergerak di antara banyaknya kendaraan lain disana.
Rintik hujan pun membasahi jalanan kota malam itu.
Haikal menghela napasnya, “nyesel banget malah kesini,” ucap Haikal membuat Ralita mengusap punggung tangan lelaki itu.
“Gapapa Haikal,” ucapnya.
“Yayah, hujan,” ucap Caca sambil memperhatikan rintik hujan yang membasahi kaca jendela mobil mereka.
Ralita terkekeh, ia kemudian membenarkan helaian rambut caca yang sedikit berantakan. “Hujannya gede, ya? Caca gak takut?” Tanya Ralita pada Caca yang memang duduk di pangkuannya.
“No, no. Caca gak takut hujan.”
Haikal terkekeh, kemudian ia mengacak pelan pucuk kepala anak itu.
“Ih jangan digituin, rambutnya berantakan lagi,” ucap Ralita sambil memukul pelan lengan Haikal. Sedangkan yang dipukul hanya meringis pelan.
Ralita kembali merapikan rambut Caca. Sedangkan Haikal, ia memilih menyalakan musik.
Haikal menghela napasnya, ia kemudin bersandar sambil memperhatikan rintik hujan yang semakin lama semakin deras. Ditambah jalanan yang tidak ada pergerakan sama sekali membuat Haikal kembali menghela napasnya berat.
Haikal menoleh pada Ralita yang tengah terkekeh sambil mengobrol dengan putri kesayangannya. Haikal tersenyum, lalu jemarinya bergerak mengusap pucuk kepala Ralita.
Haikal menatap dua perempuan di sampingnya secara bergantian.
Rasanya hangat sekali.
Haikal bahkan tidak pernah berpikir bahwa dia akan merasakan pemandangan hangat seperti ini dalam hidupnya.
Dulu sekali, Haikal berangan-angan jika ia bisa hidup bahagia bersama Bina, perempuan yang melahirkan Caca. Ia sempat berpikir bahwa setelah Caca lahir hidupnya bersama Bina akan lebih bahagia. Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Justru takdir berkata lain.
Haikal masih setia mengusap dua perempuan kesayangannya secara bergantian.
Sepertinya saat ini, Haikal adalah salah satu manusia paling bahagia di seluruh jagat semesta.
“Cantik banget kalian,” ucap Haikal tersenyum membuat Ralita menoleh.
Ralita tersenyum, ia kemudian menatap Haikal. Terlihat jelas guratan bahagia dari wajah lelaki itu.
Jemari Ralita bergerak mengusap wajah Haikal lembut, membuat Haikal memejamkan matanya merasakan hangat yang disalurkan oleh perempuan ini.
“Hebat banget kamu,” ucap Ralita.
“Makasih ya Haikal,” ucapnya lagi.
“Makasih karena gak pernah nyerah buat dapetin bahagianya kamu.”
Haikal membuka matanya, kemudiannia tersenyum.
“Makasih juga ya, Ta? Karena udah pulang dan lengkapik kebahagiaan aku yang sempet hilang,” ucap Haikal.
Jemari lelaki itu kembali mengusap pelan wajah Ralita.
“Mulai sekarant jangan saling lepasin lagi, ya? Kita bangun bahagia kita yang lain. Sama Caca juga,” ucap Haikal.
Ralita tersenyum, kemudian ia mengangguk. “Iya Haikal iya,” ucapnya.
Mereka saling menatap, terlihat disana banyak sekali ketulusan yang selalu terselip di antara tatapan mereka berdua.
Sekali lagi.
Manusia tidak pernah paham bagaimana cara semesta bekerja.
Terkadang ia jahat, sangat jahat. Tapi terkadang ia juga baik, sangat baik.
Disisi lain semesta terlalu jahat perihal perpisahan Tapi disisi lain juga semesta kadang sangat apik dan indah perihal pertemuan.
Haikal menatap Ralita, kemudian dengan perlahan ia mendekatkam wajahnya, membuat kening mereka saling beradu.
“I love you, Ta,” ucap Haikal kemudian ia mengecup pelan bibir Ralita dengan lembut. Berusaha menyalurkan seluruh rasa yang ada.
Ralita tidak menolak, ia bahkan memejamkan matanya berusaha merasakan rasa yang sedang Haikal bagikan. Dan tanpa sadar Ralita meneteskan air matanya. Sebab ia bahagia sangat bahagia.
“Yayah, Caca mau kiss Caca mau kiss!” ucap Caca yang langsung menbuat Haikal dan Ralita menoleh, kemudian mereka berdua tertawa bersama.
“Sini, sini. Caca ayah kiss,” ucap Haikal yang kini mengecup pelan wajah putrinya, sedangkan Ralita ia hanya terkekeh.