Terima Kasih

“Hai...” ucap seorang lelaki.

“Apa kabar, kak Bumi?” Ucapnya lagi, sambil mengusap pelan batu bertuliskan nama kakaknya itu.

Lelaki berusia dua puluh enam tahun itu menghela napasnya. Seperti ada sesuatu yang menyesakkan dadanya setiap kali ia melihat nama itu.

“Kak Bumi...” ucapnya lagi.

“Ini Biru, hehe. Inget, kan?”

Biru tersenyum, seolah ia sedang berhadapan dengan seseorang disana.

“Kak, besok Biru sama perempuan kesayangan kakak mau mengikat janji, kakak keberatan enggak?”

Biru terkekeh “maaf, ya? Maaf karena baru sempat kesini”

“Kak Bumi, Biru tau kok, selama ini kakak selalu mantau Biru perihal jagain Senja. Biru payah enggak? Biru bikin kecewa kakak enggak?” Ucapnya.

“Kak... ini udah berlangsung 6 tahun semenjak aku punya keluarga utuh lagi bareng sama papa, mommy, sama kak Azri. Aku seneng banget kak” ucap Biru dengan matanya yang berbinar.

“Andai aja ya kak, andai aja kakak masih disini. Mungkin kita bakal jadi kelaurga yang lebih bahagia haha. Tapi sayangnya gak begitu”

Lagi-lagi lelaki itu menghela napasnya.

“kak, terima kasih ya untuk semuanya...”

“Mulai besok dan seterusnya, izinin Biru buat jadi pendamping hidup Senja sampai nanti semesta yang misahin, izinin Biru untuk jadi satu-satunya laki-laki di hati Senja kak” ucapnya.

“Biru sayang kakak, sekali lagi, terima kasih ya kak Bumi? Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya kak...” Biru mengusap pelan batu itu, lalu mengecupnya.

“Biru pamit ya kak”