tentang ragaf

Perihal Ragaf, dia itu lelaki paling keras kepala. Dari dulu, Ragaf itu tidak pernah ingin mengalah.

Perihal Ragaf, dia itu lelaki paling lembut. Dari dulu, Ragaf itu selalu suka memeluk.

Perihal Ragaf, dia itu lelaki paling menggemaskan. Dari dulu, Ragaf selalu menjadi kesayangan semua orang.

Ragaf itu penuh kejutan. Banyak sekali hal yang selalu ia sembunyikan. Banyak sekali hal yang ia pendam sendirian.

Termasuk lukanya.

Jika kalian ingin tahu. Empat kebelakang, bagi Ragaf, itu adalah tahun-tahun paling menyenangkan. Ia tidak pernah tahu apa itu luka serta kehilangan.

Rayya namanya, perempuan dengan paras cantik serta pemilik senyum paling hangat yang pernah Ragaf tahu.

Cinta pertamanya, perempuan kesayangannya.

Ragaf itu sangat mencintai Rayya, ia bahkan rela sakit hanya demi menjemput perempuan itu.

Dua tahun mereka bersama, dan selama itu pula mereka merangkai semua kisah-kasih yang bisa dibilang sangat menyenangkan.

Ragaf selalu ingin menghabiskan seluruh waktunya bersama Rayya. Ragaf ingin memberikan segalanya pada Rayya.

Semuanya berjalan lancar, hingga tiba-tiba saja. Malam itu, Ragaf tidak sengaja melihat Rayya yang tengah pergi bersama lelaki lain.

Ragaf kalap, ia benar-benar kalap.

Malam itu, Ragaf bahkan tidak segan menarik paksa Rayya.

Ragaf marah. Ia marah melihat perempuannya bersama lelaki lain. Bahkan Ragaf tidak peduli dengan apapun yang perempuan itu coba katakan.

Yang ia rasakan malam itu hanya kemarahan.

Entah kenapa malam itu, saking marahnya Ragaf, ia bahkan rela meninggalkan Rayya sendirian. Padahal malam itu hujan sangat deras.

Namun, belum sempat Ragaf menjauh, teriakan perempuan itu menghentikannya.

Ragaf terpaku kala itu. Menyaksikan perempuannya terkapar di tengah jalanan dengan luka parah di kepalanya.

Rayya, terhantam sebuah mobil.

Demi apapun, Ragaf seperti orang kesetanan malam itu. Ia berlari memeluk tubuh Rayya, ia menangis meminta pertolongan.

Ragaf masih ingat, perempuan itu tersenyum sambil mengusap wajah Ragaf yang basah akibat air mata serta guyuran air hujan.

”Maaf, ya? Maaf ngecewain kamu ....” ucap perempuan itu sebelum akhirnya ia tidak sadarkan diri sepenuhnya.

Hanya kalimat itu yang selalu Ragaf ingat, bahkan sampai sekarang.

Ragaf berteriak, Ragaf menangis kala itu.

Harusnya Ragaf tidak egois malam itu. Harusnya ia mendengar semua penjelasan perempuannya. Harusnya Ragaf tidak meninggalkan perempuannya malam itu, dan seharusnya Ragaf tetap disamping perempuan itu.

Banyak hal yang Ragaf sesali.

Tentang kemarahannya, keegoisannya, dan keras kepalanya.

Jika saja ia tidak marah malam itu, mungkin perempuan kesayangannya ini masih ada disini, bersama Ragaf.

Ah, terlalu panjang cerita tentang Ragaf juga Rayya.

Yang pasti, Ragaf disini juga terluka. Bahkan semenjak kepergian Rayya, tidak ada yang pernah mencoba memahami posisinya.

Yang mereka tahu, Ragaf baik-baik saja. Padahal sebenarnya, ia yang paling terluka.

Mereka selalu saja meminta Ragaf untuk melupakan, tapi tidak pernah tahu bagaimana caranya menyembuhkan.

Ragaf itu terlalu takut.

Terlalu takut untuk kehilangan, lagi.