Takut.
Sudah berapa lama, ya? Saya duduk di depan jendela seperti ini. Sepertinya sudah dua jam?
Sejak tadi pagi, yang saya lakukan hanya duduk di kursi roda, sambil liatin keadaan di luar dari jendela kamar saya.
Saya tersenyum, saat membaca pesan dari Haikal barusan.
Kenapa, ya? Dia suka sekali menyebut saya cantik?
Dari dulu, sejak kami kenal pun Haikal selalu bilang kalau saya ini cantik. Padahal sebenarnya saya pun tidak mengerti, cantik dari sisi mana?
Haikal itu suka sekali memuji berlebihan. Tapi, entah kenapa rasanya menyenangkan mendengar Haikal selalu memuji saya seperti itu. Rasanya, seperti saya dicintai lagi dan lagi.
Berbicara tentang Haikal. Saya jadi teringat banyak hal.
Tentang bagaimana kami bertemu, apa saja yang kami lalui, dan tentang bagaimana dia yang selalu bilang pada saya bahwa dia mencintai saya dengan begitu besarnya.
Berkali-kali ia bilang pada saya bahwa dunianya Haikal itu adalah saya. Berkali-kaki juga ia bilang bahwa ia akan selalu mencintai saya sampai kapan pun.
Terkadang saya bingung, kenapa Haikal bisa sebegitunya kepada saya? Padahal jika dipikir, banyak hal yang belum dilalui. Bahkan dulu, saat saya masih pacaran dengan Haikal, kami tidak memiliki terlalu banyak memori. Tapi, kenapa ya, Haikal bisa mencintai saya sebegitunya?
Berkali-kali saya bertanya pada diri sendiri.
Memangnya saya pantas, ya? Mendapat cinta sebanyak ini dari Haikal?
Memangnya saya pantas, ya? Karena selalu ia puji dengan begitu bangganya?
Saya bahkan pernah melukai Haikal begitu dalam. Tapi kenapa Haikal selalu bilang bahwa dia mencintai saya?
Haha, rumit.
Saya juga tidak mengerti kenapa sejak dulu, di hati saya cuma Haikal.
Saya tidak baik, saya juga pernah menyakiti orang lain hanya karena perasaan saya yang masih tertinggal untuk Haikal.
Takdir lucu, ya? Dulu, saat saya meninggalkan Haikal. Saya sering bertanya-tanya.
Kenapa kami harus bertemu kalau akhirnya dipisahkan?
Banyak tahun yang saya lewati tanpa Haikal, begitu juga dengan Haikal.
Saya pikir, setelah kami berpisah, kami tidak akan bertemu lagi. Tapi ternyata takdir berkata lain. Waktu itu, entah bagaimana saya bisa bertemu lagi dengan Haikal. Haha, memang lucu sekali jika berbicara tentang takdir.
Terlalu banyak hal tentang Haikal yang gak akan pernah bisa saya ungkapkan.
Saya terlalu mencintai Haikal, sampai-sampai saya lupa, kalau suaru saat nanti saya juga bisa kembali kehilangan.
Saya kembali menatap layar ponsel saya untu membaca pesan terakhir dari Haikal.
hati aku sakit
Saya juga.
Saya juga sakit, Haikal.
Perempuan yang selalu kamu banggain, perempuan yang selalu kamu sanjung, perempuan yang selalu kamu bilang cantik itu. Sekarang udah gak cantik lagi.
Saya udah gak cantik lagi. Rambut saya sudah tidak bagus lagi, bahkan tubuh saya sudah tidak sehat lagi.
Tapi kenapa Haikal selalu mengatakan kalau saya ini cantik?
Ingin sekali rasanya saya meminta maaf setiap hari pada Haikal. Sebab saya sudah menghancurkan lagi dunianya karena penyakit saya ini.
Saya ingin meminta maaf berkali-kali, sebab saya tidak bisa memenuhi keinginan Haikal agar saya tetap sehat dan tidak sakit.
Saya takut, jika suatu saat nanti saya tidak bisa memenuhi janji saya pada Haikal perihal menua bersama.
Saya takut, takut sekali.