Sorry.
Dengan langkahnya yang pelan, Agam perlahan masuk berusaha membuka pintu gerbang rumah itu. Tanpa berlama-lama ia memarkirkan mobilnya di dalam garasi.
Ini sudah pukul sebelas malam, dan Agam memilih pulang ke rumah dimana Ocean dan Aciel tinggal.
Agam menghela napasnya sambil sesekali memukul kepalanya pelan lantaran ia benar-benar merasa bersalah.
Tanpa pikir panjang lagi, Agam segera turun dan melangkahkan kakinya ke pintu utama.
Belum sempat Agam mengetuk dan berniat menelepon Ocean supaya dibukakan, pintu itu sudah lebih dulu terbuka menampakkan Ocean yang sudah memakai piyama.
Agam menatap Ocean begitu juga Ocean.
“Tadi ak—“ belum sempat Agam menyelesaikan kalimatnya, Ocean sudah lebih dulu mempersilahkan Agam masuk membuat lelaki itu langsung melangkahkan kakinya ke dalam.
Ocean berjalan dengan Agam yang mengikutinya dari belakang.
“Ciel udah tidur, ke kamar Ciel aja,” jawab Ocean tanpa menoleh pada Agam.
Lelaki itu menghela napas, kemudian tanpa berlama-lama ia segera beranjak ke kamar putranya itu.
Agam melangkah pelan sampai akhirnya ia sampai di kamar Aciel.
Agam menatap Aciel dari ambang pintu kemudian tak lama ia mendekat.
Lelaki itu merebahkan tubuhnya di samping Aciel yang tengah tertidur. Perlahan jemarinya bergerak mengusap kepala anak itu.
“Maaf ya Ayah sudah bikin kamu nunggu,” gumam Agam pelan dengan tangannya yang terus saja mengusap.
“Ciel benci nggak sama Ayah?” Tanya Agam seolah Aciel masih bangun.
Agam mendekatkan wajahnya pada Aciel lantas ia mengecup pipi anak itu berkali-kali sambil menggumamkan kata maaf pada Aciel.
“Ayah sayang sekali sama Ciel,” gumamnya lagi sambil memperhatikan Aciel yang tengah tertidur.
Dan di sisi lain, Ocean memperhatikan Agam dari ambang pintu kamar itu.
Rasanya sesak, setiap kali Ocean meyaksikan adegan seperti ini.
Seharusnya, Aciel tidak merasakan hal seperti ini bukan?
Seharusnya Aciel punya rumah yang nyaman sebab kedua orang tuanya saling mencintai satu sama lain.
Tapi kenyataannya tidak bisa. Ocean hanya bisa menyaksikan kebersamaan seperti ini sesekali.
Ocean menunduk berusaha menahan tangisnya.
“Gam,” panggil Ocean membuat Agam yang tengah berbaring memeluk Aciel menoleh.
“Minum dulu,” pinta Ocean lantas ia segera berbalik pergi.
Agam hanya mengangguk dan segera beranjak mengikuti langkah kaki Ocean yang berjalan ke arah ruang makan.
Agam memperhatikan Ocean dari belakang. Tubuhnya mengecil.
Tanpa aba-aba, Agam tiba-tiba saja memeluk Ocean dari belakang membuat Ocean terkejut.
“Maaf Ce,” gumamnya menyembunyikan wajahnya di leher Ocean.
Ocean terdiam sejenak sebelum akhirnya ia bergerak berusaha melepas pelukan itu.
“Minum dulu Gam. Aku mau ke kamar. Kamu kalo mau nginep, baju tidur kamu ada di kamar Ciel. Sama minta tolong nanti kunci aja pintunya. Aku mau tidur.”
Agam terdiam melihat Ocean yang enggan menatapnya.
“Good night, Gam.”