Singkat Namun Bermakna.
Lelaki itu melirik pada perempuan di sebelahnya.
“Mau makan bebek gak? Yang deket rumah sakit,” tanya Agam pada Ocean.
Perempuan itu mengangguk membuat Agam tersenyum seraya mengacak pelan rambutnya.
Ini merupakan hari jumat, dan sudah satu minggu sejak terakhir kali Ocean bertemu dengan Agam.
Suara musik terputar di dalam mobil itu. Suasana jalanan sore pun tidak telalu padat.
Sejak keberangkatannya dari rumah sakit, Agam tidak berhenti tersenyum senang karena ia akan menghabiskan waktunya dengan Ocean—kekasihnya.
Berbicara mengenai Agam, ia dan Ocean sudah berpacaran sejak Agam dan Ocean sama-sama berada di semester enam perkuliahan, dan sekarang mereka sudah lulus.
Agam merupakan mahasiswa kedokteran yang sekarang tengah menjalani coass. Sedangkan Ocean, yang dia lakukan sekarang hanyalah menulis novel sambil mencari-cari info mengenai beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya.
Hubungan Agam dan Ocean sangat baik, bahkan mereka jarang bertengkar. Entah mungkin karena Agam yang selalu sibuk dan Ocean yang sangat pengertian. Sehingga bagi mereka, bertengkat hanya akan menghabiskan tenaga saja.
Agam bersenandung mengikuti alunan lagu yang terputar, sambil sesekali menoleh pada Ocean.
Aneh
Sejak Agam menjemput Ocean, raut wajah perempuan itu terlihat tidak baik. Entah apa yang membuatnya seperti itu.
“Kamu gapapa?” Tanya Agam pada Ocean membuat perempuan itu menoleh.
“Aku?”
“Gapapa kok, emang kenapa?” Ocean balik bertanya.
“Gak sih, aku cuma ngerasa kamu kayak lagi ada masalah dari mukanya. Ada masalah apa?” Tanya Agam sambil fokus pada jalanan.
Ocean hanya menggeleng. “Gapapa kok,” jawabnya kemudian ia terkekeh.
Agam hanya menghela napasnya.
“Beneran?” Tanya Agam memastikan.
Lagi-lagi Ocean mengangguk. “Iya dong,” jawabnya tersenyum.
“Ada juga aku yang harus nanya.”Ocean melanjutkan ucapannya.
“Apa?” Tanya Agam.
“Kamu ada masalah nggak? Gimana harinya? Capek?”
Agam menoleh sekilas kemudian terkekeh. Tangan sebelah kirinya bergerak meraih pergelangan tangan Ocean kemudian mengenggamnya.
“Capek, apalagi minggu ini banyak banget pasien. Mana aku sempet kena marah sama konsulen gara-gara gak teliti dan gak bisa jawab pertanyaan, haha.”
“Terus-terus?”
Agam terkekeh. “Ya gitu, untung aja cuma dimarahin bentar, abis tuh aku disuruh belajar lagi katanya.”
Ocean tertawa. “Kok bisa kamu nggak bisa jawab? Aneh banget, biasanya kamu pinter.”
Agam mengangkat bahunya. “Gak tau, lagi gak fokus kayaknya waktu itu, tapi ya udahlah.”
Keduanya tertawa, kemudian jemari Ocean bergerak mengusap tangan besar yang mengenggamnya itu.
“Gapapa, prosesnya. Semangat sayang aku. Hari ini kita seneng-seneng aja, ok?” ucap Ocean membuat Agam mengangguk dan tersenyum.
Lalu tanpa aba-aba Ocean mengecup pipi Agam membuat Agam terkejut lantas tertawa.
“Kaget.”
“Haha, bonus soalnya Pak Dokter hari ini ganteng!” Jawab Ocean lalu sedetik kemudian keduanya kembali tertawa.
Memang benar, jika mereka ini jarang bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Namun setiap kali mereka bertemu, selalu ada hal yang bisa membuat mereka merasa tenang, nyaman dan hangat.
Dan Agam sangat suka percakapan-percakapan sederhana seperti ini. Singkat namun baginya sangat bermakna.