Sepi
Hari ini rasanya cukup melelahkan bagi Haikal, entahlah mungkin efek dari banyaknya masalah di kantor hari ini.
Dengan langkahnya yang terasa lemah, Haikal melangkah masuk ke dalam rumah, sambil menenteng satu kantung berisi makanan.
Haikal menghela napasnya kala merasakan suasana sepi di dalam rumah itu.
“Bun! ” teriak Haikal memanggil Bina.
“Aku di atas!” Teriak Bina dari lantai atas.
“Aku pulang,” ucap Haikal kemudian ia melangkah ke arah meja makan.
“Bun! temenin aku makan dong,” teriak Haikal lagi.
Terdengar suara langkah kaki dari atas menuju lantas bawah. “Jangan lari!” Teriak Haikal.
Bina dengan langkah cepatnya menghampiri Haikal.
“Sini temenin ma—“ Bukannya duduk, Bina malah melangkah ke arah lemari pendingin. “Aku lagi nonton film seru, kamu makannya di atas aja yuk,” ucap Bina yang kini tengah menyiapkan sebotol jus jeruk yang akan ia bawa.
Haikal menatap Bina, “bun, akunya baru pulang loh, masa dicuekin? Sini temenin, aku mau cerita. Tadi di kantor aku marah-marah,” ucap Haikal berniat menceritakan kejadiannya hari ini.
Bina hanya terkekeh, kemudian ia mendekat dan mengecup pucuk kepala Haikal, “love you, ceritanya nanti aja ya. Aku mau nonton dulu,”” ucap Bina, lalu ia kembali berlari kecil menuju lantai atas.
Haikal yang melihat hal itu hanya menghela napasnya, “jangan lari, nanti jatuh!” Teriak Haikal.
“Iya!” Teriak Bina yang suaranya terdengar sudah berada di lantai atas.
Lagi, Haikal hanya menghela napasnya. Padahal harapannya kali ini adalah bisa mendapat sambutan hangat dari istrinya guna melepas penat, tapi ternyata ia salah.