Selamat Ulang Tahun Ayah.
Sudah berlalu hampir tiga jam gadis itu terduduk sambil menunggu kedatangan sang Ayah.
Berkali-kali ia mengecek ponselnya, berharap satu notifikasi terpampang dari sang Ayah.
Gadis itu menghela napasnya.
“Ayah kem—“ belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, fokusnya teralihkan kala pesan masuk kedalam ponselnya itu.
Buru-buru ia membukanya.
Ah, Gadis itu tersenyum pelan kala membaca pesan singkat dari sang Ayah, kemudian ia segera beranjak darisana.
Sambil membawa sekotak kue yang sudah susah payah ia buat. Dengan perasaan bahagianya, gadis ini berjalan membuka pintu.
“Ayah selamat ulang t—“ Kalimatnya terpotong kala Sang ayah menepis kue yang ia pegang dengan kasar.
Kue-nya jatuh.
Tanpa rasa berdosa, lelaki itu bahkan melangkah pergi tanpa sedikitpun melihat bagaimana tatapan sedih dari anak itu.
“A-ayah ....” lirihnya.
Langkah lelaki itu terhenti.
“Ayah se-enggak suka itu, ya, sama aku?” Ucapnya dengan mata yang terus melihat ke arah kue yang sudah hancur tak berbentuk itu.
Sambil berusaha menahan sesak yang kian menyeruak, perempuan itu terisak pelan.
“Ayah, selamat ulang tahun. Jane sayang ayah .....” lirihnya yang kini tengah memungut kue itu.
Tanpa menjawab ucapan putrinya, lelaki itu memilih untuk berlalu.
“Sehat selalu ayah ....” lirih Gadis itu pelan.