Selamat Ellean

Entah kenapa Adrian tiba-tiba saja beranjak dan pergi dari rumah.

Sejak kemarin malam, yang ada dipikirannya hanya satu.

‘Ellean’

Iya, sejak kemarin malam pikiran Adrian hanya Ellean. Apalagi ia tahu, jika perempuannya itu akan melakukan sidang skripsi.

Dengan senyum yang merekah, Adrian tersenyum kala ia menatap bucket bunga yang sebelumnya ia beli.

Entahlah, Adrian juga tidak paham pada dirinya, kenapa bisa ia seberani ini untuk datang menemui Ellean. Padahal sebelumnya ia bilang tidak akan pergi menemui Ellean.

Tapi sudahlah, Adrian hanya ingin melihat senyum di wajah perempuan itu.

Dengan langkah cepatnya, Adrian buru-buru pergi menuju ruang sidang Ellean.

Banyak sekali orang disana. Netra Adrian menelusuri satu per satu orang disana, berharap ia melihat Ellean.

Hampir lima belas menit Adrian berdiri sambil mengenggam bucket bunga dengan coklat kesukaan Ellean.

Sorot mata Adrian saat ini terlihat begitu banyak harapan.

“El ....” gumam Adrian sambil terus berusaha mencari keberadaan Ellean.

“Eh, lo tau Ellean, gak? Dia dimana?” Tanya Adrian pada seseorang yang tengah terduduk.

“Di dalem, dari tadi belum keluar,” ucapnya.

“Oh okey,”

Tiba-tiba saja jantung Adrian berdetak kencang, ia khawatir saat mendengar jika Ellean belum keluar dari dalam ruangan itu.

“Bisa El, bisa ....” gumamnya.

Hampir satu jam Adrian berdiri disana, hingga akhirnya pintu ruangan itu terbuka.

Adrian beranjak dari duduknya ketika ia melihat Ellean berada di ambang pintu.

“El—“ langkah Adrian terpotong saat ia mendengar Ellean berteriak.

“GUE BERHASIL!” Teriak Ellean, ia kemudian berlari menuju seseorang yang tengah berdiri di depannya.

Adrian terdiam, lalu dengan pelan ia melangkah mundur ketika netranya menangkap Ellean yang tengah memeluk tubuh seorang laki-laki.

“Kevin, gue berhasil,” ucap Ellean yang terdengar jelas oleh Adrian.

Adrian tersenyum tipis.

Ternyata sejak tadi ada Kevin?

Adrian menghela napasnya saat netranya melihat Ellean yang tengah tersenyum di dalam pelukan orang lain.

Adrian melangkahkan kakinya dari sana, memilih pergi dan tak bertingkah seolah ia tidak melihat apapun.

Sakit sekali.

“El, ini ada titipan,” ucap seseorang pada Ellean, membuat Ellean menoleh.

“Titipan?”

Orang itu mengangguk, “orangnya udah pergi,”

“Dari siapa?” Tanya Ellean.

“Adrian,”

“Dia bilang, selamat Ellean ....” ucap orang itu sebelum pergi meninggalkan Ellean.

Ellean terdiam sambil menatap bucket bungan dan coklat yang kini berada di genggamannya.

“Ian ....” lirihnya.