Selamat Datang

Janu berusaha menenangkan pikirannya, ia kalut. Berkali-kali ia melihat ke dalam di depan pintu ruang bersalin. Bahkan sejak tadi, keringat dingin serta detak jantung yang tak beraturan semakin membuat dirinya tak tenang.

“Lancar, please...” ucapnya berulang kali.

Masalahnya, yang membuat Janu tidak tenang adalah keadaan Senjani.

Dokter bilang, Senjani mengalami kontraksi hebat, bahkan posisi bayi di dalam perut Senja mengalami masalah.

Demi apapun, Janu tidak ingin terjadi apa-apa pada istirnya.

Sudah hampir 4 jam proses persalinan belum selesai, membuat Janu harus rela membiarkan perutnya kosong.

Selang beberapa saat, terdengar suara tangisan bayi dari dalam sana, kemudian seorang perawat mempersilahkan Janu agar masuk.

Fokus Janu langsung tertuju pada seorang bayi yang tengah menangis, ia lalu menghampiri bayi itu.

Matanya berbinar, tangisan yang asalnya terdengar nyaring, berhenti begitu saja ketika Janu mengusap pelan jari-jari mungil milik bayi itu.

“Hei... ini ayah...” ucapnya tersenyum.

Demi apapun, Janu tidak kuasa lagi menahan tangis. Saat itu juga ia menangis, karena untuk pertama kalinya ia menjadi seorang ayah dari darah dagingnya sendiri.

Tak henti-hentinya ia mengusap dan menatap haru bayi kecil itu.

“Selamat datang, jagaonnya ayah...” ucapnya.

Janu lalu beranjak menghampiri Senjani yang terlelap.

Ia lalu tersenyum tipis...

“Terima kasih sayang, kamu hebat...” ia lalu mengecup kening Senjani sayang.