Selamat Datang

Haikal menggenggam tangan Ralita dengan sangat erat, sambil mengusap kening Ralita yang penuh dengan peluh.

Sudah hampir lima belas jam mereka di rumah sakit, menunggu tanda-tanda persalinan.

Sejak ke rumah sakit, Ralita terus saja menangis, karena rasanya sangat sakit.

“Tahan ya cantik ya,” ucap Haikal, sedangkan Ralita ia tengah menangis karena sejak tadi, sosok yang ada di dalam perutnya itu berusaha keluar.

“Sakit ....” lirih Ralita, karena ini pertama kali baginya.

“Tarik napas ya sayang,” ucap Bunda Ralita yang juga ada disana.

“Minum dulu, kasih minum adek,” ucap ibu pada Haikal.

Butuh waktu cukup lama, hingga akhirnya seorang dokter datang kembali untuk mengecek apakah Ralita sudah siap atau belum.

“Sakit banget ....” lirih Ralita membuat Haikal panik.

“Sepertinya ibu Ralita harus melakukan persalinan dengan cara operasi. Karena ketuban di dalam sudah pecah,” ucap dokter itu pada Haikal.

“Bukannya tadi bisa normal aja, dok?” Tanya ibu pada dokternya.

Dokter menghela napasnya. “Memang betul, namun karena bayi tak kunjung keluar, lalu kemudian ketuban sudah mulai pecah itu cukup berisiko. Selain itu jalan lahir ibu Ralita terlalu sempit sehingga menyebabkan bayi sulit untuk keluar,” ucap dokter itu.

Ralita menggenggam tangan Haikal erat.

“Gapapa sayang gapapa ....” ucap Haikal meyakinkan.

“Dok, tapi saya nanti gak akan gimana-gimana, kan?” Tanya Ralita.

Dokter tersenyum, “tidak apa-apa.”

Ralita menatap Haikal, ibu, juga bunda disana secara bergantian.

Ralita menangis karena ia takut sangat takut, membuat Haikal berkali-kali mengecupnya. “Ada aku, gapapa sayang gapapa,” ucap Haikal.

-

Haikal berdiri di depan pintu ruang operasi, sambil memakai pakaian khusu, menunggu panggilan masuk dari dalam sana.

Jantung Haikal berdegup kencang, sebab ia khawatir.

Beberapa saat Haikal menunggu hingga akhirnya seorang perawat memanggilnya untuk masuk.

Dengan jantungnya yang berdegup kencang, Haikal lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang operasi itu

Terlihat Ralita yang tengah menangis disana, sebab saat akan dilajukan operasi mereka memberikan anastesi spinal dimana pasien hanya kehilangan rasa sakit di area pinggang bawah, sedangkan pasien nantinya akan tetap terjaga.

Haikal segera duduk di samping kepala Ralita yang tengah terbaring, dan segera Ralita mengenggam erat tangan Haikal.

“Gapapa sayang gapapa ....” ucap Haikal sambil mengusap Ralita penuh sayang.

Hampir satu jam mereka melakukan operasi, hingga akhirnya terdengar suara tangisan, membuat Haikal dan Ralita bernapas lega.

Seorang perawat datang membawa bayi itu setelah sebelumnya dibersihkan terlebih dahulu untuk mendekat ke arah Haikal dan Ralita.

Haikal menangis begitu juga dengan Ralita.

Haikal mengambil alih bayi itu. “Selamat ya anaknya laki-laki dan sehat,” ucap perawat itu membuat Ralita menangis.

Haikal mendekatkan bayi itu agar Ralita bisa mengecupnya.

Dan lagi-lagi, Haikal menangis haru.

Lelaki itu kemudian menatap bayi lelakinya serta Ralita secara bergantian.

“Selamat datang putra ayah ...” lirih Haikal sambil menatap putranya itu.

Haikal kemudian mengecup pucuk kepala Ralita dan mengusapnya. “Makasih ya, makasih banyak. Aku sayang kamu ....”