Selamat Datang
Sudah hampir tiga jam Abimanyu berdiri di depan ruang bersalin, namun belum terdengar suara tangisan apapun dari dalam sana.
Sejak tadi, detak jantung milik lelaki itu berdetak tidak karuan, keringat dingin tiba-tiba saja mengucur di keningnya, pikirannya sangat kalut dikarenakan pikiran-pikiran dan bayang-bayang yang tidak pernah ingin ia alami itu tiba-tiba saja muncul begitu saja.
Tapi memang, bagi siapa saja yang sedang menanti kehadiran buah hatinya, pasti akan merasakan ketakutan yang sama seperti Abimanyu.
Tak henti-hentinya ia merapalkan doa, meminta pada Tuhan agar dua orang yang sedang berjuang di dalam sana di beri keselamatan.
Tiba-tiba saja Abimanyu beranjak dari duduknya, sesaat setelah ia mendengar suara tangis kencang seorang bayi.
Lelaki itu langsung mendekat ke arah pintu ruangan itu, lalu tak lama seorang perawat memintanya untuk masuk ke dalam.
Sejak Abimanyu masuk, tak henti-hentinya ia tersenyum kala melihat sosok yang selama ini ia nantikan kehadariannya. Buah hati kecil kesayangannya.
“Pak, selamat, anak bapak perempuan, silahkan pak di beri nama. Anaknya cantik seperti ibunya” ucap seorang dokter yang membantu persalinan Ratih istrinya.
Air mata bahagia tak bisa terbendung lagi, Abimanyu menangis, ia lalu mengusap pelan jari jemari mungil milik putirnya itu.
Sungguh, ini adalah hari paling bahagia bagi dirinya.
“Mas...” ucap Ratih membuat Abimanyu menoleh lalu tersenyum ke arahnya.
Ratih menangis, rasanya lelah sekaligus bahagia.
Abimanyu mendekat lalu mengecup pelan kening istirnya itu.
“Makasih, ya? Makasih udah berjuang buat anak kita, makasih sayang, kamu hebat” ucap Abimanyu.
Ratih tersenyum sambil menangis bahagia mendengar ucapan suaminya itu.
“Mas, siapa namanya?”
Abimanya terdiam sebentar, sambil memikirkan nama apa yang cocok untuk putri kecilnya ini.
“Ratih, gimana kalau kita namain Ayyara...”
“Ayyara?”
Abimanyu mengangguk “iya, Ayyara, artinya puisi. Ayyara Jia Annulika...”
Ratih tersneyum, lalu menangguk “Bagus mas, Ratih suka.”
Abimanyu menatap hangat putrIp kecilnya itu, lalu ia tersenyum.
“Selamat datang putri ayah...”