Sebentar aja
Ragaf tersenyum pelan, saat daksa perempuan itu tenggelam di dalam dekapannya. “Kangen ....” ucap Reyna pada Ragaf. Yang didekap hanya bisa terkekeh pelan.
Jemari Ragaf kemudian terangkat untuk merapikan surai kecoklatan milik perempuannya ini. “Kamu ini kenapa,” ucap Ragaf, yang ditanya hanya bisa menggeleng pelan dalam dekapan lelaki itu.
Lagi-lagi Ragaf terkekeh, ia kemudian mempererat dekapannya sambil sesekali menyesap aroma dari perempuannya.
“Kamu kecil banget,” ucap Ragaf saat menyadari jika Reyna benar-benar sangat mungil jika masuk kedalam dekapannya.
“Kamunya kegedean,” ucap Reyna yang masih setia menautkan pelukannya pada tubuh lelaki kesayangannya ini.
Entahlah, memeluk perempuan ini merupakan rutinitas baru yang sangat Ragaf sukai. Dipeluk Reyna, Ragaf itu selalu merasa hangat. Ia benar-benar jatuh kedalamnya.
Jika disuruh memilih antara masa depan dan masa lampau. Ragaf pasti akan memilih memutarbalikkan waktu ke masa dimana ia baru pertama kali mengenal Reyna.
Ragaf hanya bisa meringis pelan, jika mengingat bagaimana brengseknya ia dulu pada perempuan yang sekarang selalu jadi kesukaannya.
“Sayang ....” ucap Ragaf yang masih setia mengusap pucuk kepala perempuan itu.
“Ayo jalan-jalan aja, yuk?”
Reyna menggeleng pelan.
“Sebentar lagi, gini dulu, ya? jangan gerak ....” u
Ragaf mengangkat sebelah alisnya saat merasakan jika perempuannya ini semakin erat memeluknya.
“Kamu kenapa, hei?” Ragaf berusaha melihat wajah Reyna, namun perempuan itu malam menyembunyikan wajahnya di dada bidang lelaki itu.
“Aku gapapa, aku cuma ....”
“kangen, hehe”