Sayang Banget.
Selepas pulang menonton bersama Deva. Kini Zeya tengah berkumpul di dalam kamarnya bersama Mima dan Sena.
Ini sudah satu jam sejak kepulangan Zeya. Mereka saat ini tengah memasangkan masker wajah bergantian. Rencananya Mima dan Sena akan menginap.
Mereka tertawa seolah tidak ada yang aneh, Mima dan Sena benar-benar mendengarkan cerita Zeya ketika pergi bersama Deva tadi.
Mata Zeya pun terlihat sangat berbinar setiap kali ia menyebut Deva.
“Terus, bagian sedihnya apa?” Tanya Sena pada Zeya membuat Zeya menatap Sena dan terdiam sejenak, kemudian tak lama ia terkekeh pelan.
“Iya, lo dari tadi cerita semangat banget. Sekarang bagian sedihnya apa?” Tanya Mima juga.
Zeya membenarkan posisi duduknya. Kemudian Zeya terkekeh. “Gak ada sih sebenernya.”
“Gue tadi sedih aja, soalnya …” Zeya menjeda ucapan sejenak dan menatap kedua sahabatnya itu.
“Lo nggak apa-apa, kan?” Tanya Mima.
Zeya merubah raut wajahnya menjadi terlihat sendu.
“Zey …,” ucap Sena. “Kenapa ih?”
“Gue sedih soalnya …”
“Apa anjir,” sahut Mima.
Zeya menatap kedua sahabatnya. “SOALANYA CUMA SEBENTAR HAHA.” Zeya tertawa membuat Mima dan Sena seketika berdecak dan memukul Zeya bersamaan.
“Sialan lo!” Sahut Mima.
“Ih gue udah panik.” Sena menimpal sedangkan Zeya tertawa.
Zeya tertawa sangat keras sampai air matanya keluar.
Bahkan Zeya sendiri tidak sadar, apakah ia tertawa sampai menanagis karena memang lucu atau karena Zeya tertawa sampai menangis karena ia merasa sakit mengingat perkataan Deva sebelumnya.
“Serius lo ih!” Mima menatap Zeya kesal.
“Serius anjir haha.”
Zeya manatap Mima dan Sena bergantian, kemudian ia kembali tertawa pelan.
“Gue aman, seneng kok serius. Deva baik juga walau emang ngeselin sih dikit dia. TAPI GAK SENGESELIN KAYAK SI JEAN KAMPRET!”
Seketika Mima tertawa. “Emang anjir gak bener tuh anak.”
Sena hanya tertawa.
“Untung lo udah putus sama si Raka,” sahut Zeya.
Setelah itu mereka semua saling tertawa bersama. Bahkan Zeya pun tertawa seolah tidak terjadi apa-apa. Walau sejujurnya, Zeya merasa sakit. Tetapi Zeya tidak ingin mengungkit masalah yang ia rasakan, apalagi berhubungan dengan pertemanan.
“Gue sayang banget sama kalian …” ucap Zeya menatap kedua sahabatnya.
“Ih geli.”
“ANJIR LU!” Balas Zeya pada Mima membuat mereka lagi-lagi tertawa.