Saya Pradipa
Netra perempuan itu menelisik setiap sudut cafe itu. Mencari seseorang yang katanya akan datang.
Hampir sepuluh menit ia terduduk disana.
“Lama banget,” gumamnya sambil melirik jam tangan miliknya.
Perempuan berambut kecoklatan itu menghela napasnya, sampai tiba-tiba saja seseorang menepuknya.
“Mbak buku?” Ucapnya dengan suara berat, membuat perempuan itu menoleh.
Ia menatap kaget, “siapa?”
“MAS BUKU?!” Tiba-tiba saja perempuan yang akrab disapa Serena itu berteriak, membuat lelaki dihadapannya terlonjak kaget.
“Eh maaf mas,” ucap Serena canggung, sedangka lelaki itu hanya terkekeh pelan.
Serena terdiam kala menatap orang itu.
“Mbak, ini bukunya,” ucap lelaki itu sambil tersenyum.
Serena masih terdiam.
“Mbak, halo ....” ucapnya lagi sambil melambaikan pelan jemarinya di depan wajah Serena.
“eh mas aduh,” ucap Serena tersadar dari lamunannya.
Sial, senyumnya indah sekali
Lelaki itu terkekeh, “gapapa mbak. Ini bukunya, ya. Gak saya baca kok tenang,” ucapnya sambil memberikan buku berwarna coklat itu.
Serena lalu mengambil alih bukunya dan membungkung sambil mengucap terima kasih, “makasih banyak mas, saya pikir bakal hilang,” ucap Serena yang lagi dibalas kekehan kecil oleh lelaki itu.
“Lain kali, hati-hati ya mbak,” ucapnya tersenyum, Serena lalu mengangguk.
“Oh iya, kenalin mbak.” Lelaki itu mengasongkan tangannya untuk berjabat dengan Serena.
“Saya Pradipa,” lelaki itu tersenyum manis.
“Salam kenal, mbak?”
“Serena,” ucap Serena sambil menjabat tangan kekar lelaki itu.
“Salam kenal mbak Serena,” lagi, lelaki itu tersenyum manis.
Demi apapun, baru kali ini Serena melihat senyum semanis ini. Benar-benar manis dan indah.
“Terima kasih banyak mas Pradipa,” ucap Serena yang dibalas anggukan oleh lelaki itu.
Gila, berlama-lama melihat senyum ini bisa membuat Serena gila.
Maka dari itu, buru-buru ia pamit, “mas Pradipa, kalau begitu saya duluan, ya. Terima kasih banyak mas, mar—“
“Eh mbak,” belum sempat Serena melangkah, Pradipa memotong ucapannya.
“Mau saya antar?”
Serena menggeleng, “gak usah mas gapapa, deket kok hehe. Mari mas,” ucap Serena lalu ia segera beranjak pergi dari sana.
Lelaki itu hanya tersenyum kala melihat daksa Serena yang mulai menghilang dari pandangannya. Lalu tak lama ia juga beranjak pergi dari sana.