Saya disini

Lea membaringkan Galen di kursi depan mobil miliknya. Setelah sebelumnya ia pergi ke tempat yang telah Tara kirimnya, lalu menemukan Galen yang tengah mabuk berat.

Entahlah, Lea juga tidak mengerti mengapa ia bisa merasa se khawatir ini pada Galen.

Lea membuka jas yang Galen pakai, menyisakan kemeja putih di tubuhnya.

Perempuan itu dengan hati-hati mengusap pelan keringan di kening Galen, lalu diam-diam menatapnya.

“Eung...” lenguh Galen.

Lea terperanjat kaget, lalu menjauhkan dirinya dari Galen.

Tubuh Galen bergerak tidak nyaman.

Dengan memberanikan dirinya, Lea mengusap pelan kepala Galen lalu menyandarkan kepala itu pada pundaknya.

“Dara...” gumam Galen.

Lea terdiam saat mendengar ucapan Galen.

Tiba-tiba saja terdengar suara isakan dari lelaki itu.

“Andara...” ucapnya lagi.

Lea menghela napasnya. Entah kenapa rasanya sesak sekali mendengar Galen mengucap nama itu.

“Galen, hei. Bangun...” ucap Lea sambil berusaha membangunkan Galen.

Isakan lelaki itu semakin keras dan terdengar menyedihkan.

Galen kenapa? Ada masalah apa?

Pertanyaan itu terus saja berputar di kepala Lea.

“Andara...” lagi, Galen bergumam, lalu tak lama ia memeluk erat tubuh Lea.

Lea terdiam sejenak, lalu entah pikiran dari mana ia balik memeluk erat tubuh Galen.

“Galen, saya disini, jangan nangis...” ucap Lea sambil mengusap lembut pucuk kepala Galen.