Sampah
Kini Zeya, Mima, Deva, Bima dan juga Jeano hanya bisa terduduk di kursi halaman belakang rumah sakit setelah pertengkaran beberapa menit yang lalu.
Zeya masih sangat marah, apalagi pada Bima dan Jeano.
Di samping Zeya ada Mima yang berusaha menenangkan Zeya supaya tidak terlalu marah.
“Lo semua sadar gak sih? Kalo disini yang harusnya di salahin tuh si Nana, sepupu lo,” ucap Zeya sambil menunjuk Deva yang tengah terdiam di hadapannya.
“Lagi, lo ngapain malah nyuruh tuh anak pergi? Gue belum puas jambaknya sialan!” umpat Zeya membuat Jeano meliriknya.
“Apa lo liat-liat? Mau marah juga sama gue? Gak terima gue jambak Nana?” Tanya Zeya membuat Jeano memutar bola matanya.
Terdengar helaan napas dari Zeya.
“Gak usah nutup mata. Lo semua bahkan tau gimana Raka sama Nana di belakang Sena.”
“Lo sendiri bahkan nelepon gue waktu itu ngasih tau apa yang Raka sama Nana lakuin di villa,” ucap Zeya menunjuk Bima.
“Tapi kenapa pas Raka kecelakaan lo semua nyalahin Sena?”
“Lo pikir Sena mau gitu ini kejadian?”
“Gue tau.”
“Lo sama lo,” ucap Zeya menunjuk Bima dan Jeano.
“Lo berdua bahkan nyalahin Sena dan nyuruh dia tanggung jawab atas Raka?”
“Lah, orang Raka kecelakaan karena abis ketemu temen lo.”
Zeya menatap Bima. “Tolol.”
“Mikir! Emang Sena Tuhan? Emang Sena yang ngatur dan bikin Raka kecelakaan?”
“TEMEN LO AJA YANG BEGO!” ucap Zeya dengan nada suara yang meninggi.
“Giliran gini aja lo cuma bisa diem,” ucap Zeya menunjuk Jeano.
“Apaan sih,” sahut Jeano.
“Bacot lo kayak cewek, tapi giliran udah bikin anak orang hancur, lo malah diem. Bisu lo?” ucap Zeya lagi.
Mima sejak tadi hanya mencoba menenangkan Zeya, sebab temannya satu ini memang tidak pernah main-main jika sudah marah.
“Punya otak gak? Mikir!”
“Udah Zey …,” tiba-tiba saja Deva menyahuti.
Zeya menatap Deva.
“Lo juga. Gue marah sama lo.”
“Udah tau sepupu lo gatel, kenapa lo diem aja? Giliran udah gini baru bertindak.”
“Mana sepupu lo? Gue tampar sekalian.” Zeya benar-benar sangat marah.
“Punya otak tuh dipake. Bukan malah dipake buat mikirin gaya doang.”
“Sampah lo semua.”