Salah Paham.
Tanpa basa basi, Jinan langsung saja bergegas pergi menemui Nathan ke tempat dimana mereka biasa bermain.
Dengan napasnya yang tak beraturan, dan tangannya yang mengepal kuat. Jinan berjalan terburu-buru menghampiri Nathan yang terlihat tengah duduk disana bersama seorang perempuan.
“Anjing lo bang!” Unpat Jinan yang tanpa apa-aba melayangkan sebuah pukulan pada Nathan, membuat pemuda itu tersungkur.
Terdengar suara jeritan dari perempuan yang bersama Nathan sedangkan Nathan hanya menatap Jinan kaget.
“Gue bilang jangan nyakitin kakk gue brengsek lo!” Satu pukulan kembali melayang pada wajah Nathan.
Merasa tak terima, Nathan langsung saja mendiring tubuh Jinan dan menarik kerah bajunya.
“Apasih lo? Anjing!” Umpat Nathan yang juga melayangkan pukulan pada wajah Jinan.
Demi apapun, Jinan benar-benar dipenuhi amarah saat ini.
Saat tadi Jinan mendengar suara isakan dari dalam kamar sang kakak, dia benar-benar khawatir. Lalu saat mendengar penyebab menangis Caca, Jinan benar-benar marah.
“Lo yang apaan! Lo apain kakak gue sampe nangis?” Ucap Junandengan napas yang tidak beraturan.
Nathan menatap Jinan juga berusaha meredakan emosinya yang imut memuncak. “Gue gak ngapa-ngapain.”
Jinan menatap perempuan yang tengah berdiri tak jauh darimereka kemudian ia menyeringai. “Cewek lo? Hahaha, anjing lo bang.”
“Berkali-kali gue bilang jangan nyakitin kakak gue. Gue udah percaya sama lo, tapi lo malah bikin dia na—“
“Lo salah paham. Gue jauhin Caca karena kakak lo sendiri yang minta. Lo juga tau. Kakak lo sendiri yang bilang risih sama gue, kan?”
Jinan terdiam.
“Terus salah gue dimana?” Nathan bertanya pada Jinan.
“Ya tapi lo gak perlu bikin kakak gue na—“
“BUKAN SALAH GUE JI!” Nathan berteriak.
“Harus sampe kapan sih gue ngertiin kakak lo? Berapa lama gue ngejar-ngejar Caca? Hampir tiga tahun, Ji. Tapi apa hasilnya? Kakak lo aja gak pernah liat gue. Terus sekarang giliran gue mau ngejauh, kakak lo minta gue jangan ngejauh. Terus gue harus apa?”
Jinan terdiam.
“Egois tau, Ji. Kakak lo egois,” ucap Nathan membuang napasnya. Lalu tak lama ia beranjak dari sana.
“Gue sayang sama Caca, tapi gue juga capek, Ji. Sorry ya kalo gue gak bisa jagain kakak lo,” ucap Nathan lagi yang kemudian benar-benar pergi dari sana bersama perempua tadi.
“Ayo Kay, pulang aja.”
Jinan menahan napasnya berusaha meredakan amarahnya.
“Tolol,” gumam Jinan.