Rumah Ayah
Mata Aciel bergerak memperhatikan sekitarnya. Di sampingnya ada Agam yang berdiri merangkulnya, sedangkan di hadapannya ada Lestari dan juga Nadin.
Senyuman terpancar dari wajah Lestari. “Ya ampun, sudah besar kamu,” ucap Lestari pada Aciel membuat anak itu hanya tersenyum canggung.
Agam tersenyum dan menepuk pundak Aciel. “Nah, ini rumah Ayah, nak,” ucap Agam membuat Aciel kembali memperhatikan sekitarnya.
Asing sekali.
Aciel memperhatikan setiap sudut rumah itu, hungga tiba-tiba saja matanya menangkap sebuah figura yang terpajang di dinding. Ia tersenyum kecil ketika melihat potret Agam, Lestari dan juga Nadin yang tengah tersenyum lebar di dalam figura itu.
Tidak ada dirinya di sana.
Aciel menghela napasnya dalam.
“Nanti kamu tidur di kamar itu, ya,” tunjuk Agam membuat Aciel mengangguk.
Lestari tersenyum lalu ia mendekat dan mengusap kepala Aciel.
“Kamu mirip sekali ya sama Ibumu,” ucap Lestari yang lagi-lagi membuat Aciel tersenyum canggung.
“Iya Tante, hehe,” jawabnya.
“Ah iya, ini Nadin. Adik kamu, putri kesayangannya Ayah kamu,” ucap Lestari lagi membuat Aciel menatap anak kecil yang terpaut usia 9 tahun dengannya.
Nadin tersenyum. “Kenalan Nak, ini Kakak kamu,” ucap Agam membuat Nadin menjulurkan tangannya.
“Halo Kakak,” ucap Nadin dan Aciel meresponnya dengan senyuman kemudian ia mengacak pelan puncak kepala anak itu.
Agam tersenyum. Kemudian ia menatap Lestari.
“Udah masak?”
Lestari mengangguk.
“Aciel, ayo kita makan malam dulu. Pasti capek dan lapar. Sini, Tante udah masak banyak untuk kamu, soalnya Tante pikir kamu harus makan makanan yang enak,” ucap Lestari sambil berjalan ke arah dapur diikuti Agam dan Aciel.
Aciel kemudian duduk di meja makan itu.
“Ini, makan dan pilih ya bebas. Kamu harus banyak makan ini, pipinya kurus banget,” ucap Lestari sambil mengusap wajah Aciel.
“Nanti harus banyak makan, ya. Biar sehat, liat tuh Ayah kamu setiap hari saya masakin jadi makin berisi,” ucap Lestari dibarengi kekehan.
Aciel hanya diam dan masih senyuman canggung yang ia tunjukan.
“Iya, makasih banyak Tante,” ucap Aciel.
“Makan ayo,” sahut Agam.
“Papa, mau makan di samping Papa,” Nadin tiba-tiba berbicara membuat Agam menoleh padanya.
“Eh iya lupa. Aciel sini pindah kursinya jangan di samping Ayah. Itu kursi Nadin,” sahut Lestari membuat Aciel menatap dan tanpa berbicara apapun Aciel pindah dari tempat duduk itu dan digantikan oleh Nadin.
“Biasalah, emang nempel banget dia sama Papanya,” ucap Lestari.
Aciel menghela napasnya. Tak lama mereka pun makan, termasuk Aciel. Dan sepanjang acara makan malam itu, yang Aciel lakukan adalah diam memperhatikan canda gurau keluarga itu.