๐——๐˜‚๐—ฎ ๐—ฃ๐˜‚๐—น๐˜‚๐—ต ๐—ง๐—ถ๐—ด๐—ฎ; ๐—ž๐—ฒ๐—ฝ๐—ฎ๐—ฑ๐—ฎ ๐—”๐˜„๐—ฎ๐—ป

Senjani, menahan sesak di dadanya, sesaat setelah ia membaca pesan tadi. Netranya beralih menatap lelaki yang kini terbaring di tempat tidur miliknya.

Perempuan itu mengusap pelan kening Bumi. Suhu tubuh lelaki itu hangat. Tanpa sadar, bulir air mata membasahi pipi perempuan itu.

โ€œBumi...โ€ lirihnya.

Rasanya sakit, saat melihat lelaki yang sudah hampir tiga tahun bersamanya hancur. Kenapa bisa takdir anak lelaki ini sangat malang?

Lagi dan lagi, Senjani harus melihat lelaki kesayangannya terluka. Semesta sudah terlalu jahat padanya.

โ€œBumi...โ€ ucapnya dengan tangan yang masih setia mengusap kening lelaki itu.

Ia terisak pelan.

โ€œMaaf, maaf untuk semua lukanya, maaf karena sejauh ini, aku masih gagal bikin kamu bahagia. Bumi maaf...โ€ lirih perempuan itu.

Tiba-tiba saja Bumi mengerang seperti kesakitan, matanya masih terpejam, suhu tubuhnya semakin panas, ia berkeringat.

โ€œMama...โ€ gumam Bumi

โ€œBumi hei, bangun...โ€ ucap Senjani menyadarkan Bumi.

โ€œPapa...โ€ lagi, Bumi berguman dalam keadaan tidak sadar.

โ€œMama, papa... maafin Bumi...โ€ dengan mata yang masih terpejam, Bumi menangis, suaranya benar-benar menyiratkan bahwa ia sangat terluka.

Senjani yang melihat itupun lantas memeluk tubuh Bumi, tidak peduli jika nanti ia tertular sakit.

โ€œBumi... bangun... ini Senja Bumi...โ€ lirih Senjani

Bumi terisak dalam tidurnya, semakin lama isakannya semakin keras.

โ€œMama, maaf karena Bumi harus hadir...โ€

โ€œBumi sayang sama mama sama papa...โ€

โ€œMama, Bumi pengen di peluk mama...โ€

Isakannya semakin kencang, Senjani bahkan ikut menangis. Senja yakin, jika Bumi sedang bermimpi, oleh karena itu, ia berusaha menyadarkannya.

โ€œMAMA, PAPA!!!โ€ Teriak Bumi tiba-tiba

Bumi bangun dari tidurnya, dan lagi, ia menangis.

Tapi kali ini, tangisannya tidak terlalu keras, Bumi berusaha menahannya.

โ€œBumi...โ€ lirih Senjani

Bumi menoleh pada Senjani dengan mata tatapan sendunya โ€œSenjani, mama sama papa... Senjani...โ€

Dengan cepat, Senjani, memeluk erat tubuh Bumi.

โ€œBumi... tenang ya?โ€

โ€œSenjani... disini...โ€ Bumi menyentuh dada sebelah kirinya, lalu memukulnya pelan beberapa kali.

โ€œDisni Senja, rasanya sakit banget...โ€

โ€œBumi... kamu lagi sakit, jangan banyak pikiran dulu ya? Senja, mama sama Ayah ada disini Bumi, kamu aman, kamu gak bakal ngerasa sakit lagi. Kuat ya?โ€

Bumi memeluk erat Senjani, sambil berusaha menahan rasa sakit yang kini menyeruak masuk ke dalam dadanya.

Senjani berusaha menahan tangisnya, ia berusaha kuat.

โ€Tuhan, tolong bahagiakan Bumiโ€ Batin Senjani.

Senjani hanya ingin Bumi bahagia, sudah cukup ia menyaksikan betapa terlukanya manusia ini. Ia hanya ingin Bumi tersenyum.

Kepada angin, tolong sampaikan pada semesta, hentikan semua penderitaannya. Ia sudah terlalu rapuh untuk menerima segala luka.

Kepada awan, tolong lindungi lelaki ini, ia bagai matahari yang menyinari semestanya. Tolong jangan mendung, karena perjalanan hidupnya masih jauh. Tolong tetap cerah, agar ia mampu berjalan tanpa hujan dan badai.

Tolong, sekali saja dengarkan rintihannya.