๐๐บ๐ฝ๐ฎ๐ ๐ฃ๐๐น๐๐ต; ๐๐ฒ๐๐ถ๐ฑ๐ฎ๐ธ๐๐ฒ๐ป๐ด๐ฎ๐ท๐ฎ๐ฎ๐ป ๐ฃ๐ฎ๐น๐ถ๐ป๐ด ๐๐ป๐ฑ๐ฎ๐ต
Semesta lucu, ya? Bisa saja membuat seseorang memainkan perannya dengan baik, meskipun perannya tidak seberuntung itu.
Janu Danuarta, ia adalah seseorang itu. Seseorang yang kkni sedang memainkan perannya menjadi sosok yang harus terus melindungi orang lain.
Ada di posisi seperti Janu itu sulit. Ia harus berusaha menempatkan dirinya menjadi seseorang yang tidak boleh memihak siapapun.
Selama beberapa tahun terakhir ini, Janu selalu bisa jadi sosok penengah, secara sadar ataupun tidak, ia juga cukup berpengaruh dalam lingkup takdir yang sedang semesta rancang ini.
Menjadi Janu itu tidak pernah mudah, apalagi saat ia harus berusaha menjadi sosok yang bisa diandalkan oleh perempuam yang hatinya milik orang lain.
Bicara perihal perempuan itu, Janu selalu merasa dirinya adalah tameng. Iya, tameng yang harus mengusir segala keresahan dan kesedihan perempuan itu. Entahlah, ia bahkan tidak paham dengan peran dirinya dalam lingkup takdir ini.
โJani, udah ya? Jangan nangis lagi. Bumi baik-baik aja kokโ lelaki itu berujar sembari mengusap pelan surai hitam milik perempuan itu.
Hatinya selalu hancur setiap kali melihat perempuan ini menangis.
Dalam diamnya, Janu tersenyum miris. Ia meringis ngeri jika mengingat bahwa posisinya selama ini hanya akan menjadi seseorang yang bahkan mungkin tidak begitu penting bagi perempuan yang kini tengah menangis.
Entah sudah berapa banyak Janh menyembunyikan luka yang bahkwa secara tak sadar semakin bertambah.
Ternyata, yang selalu di bicaran Bumi perihal perempuannya itu benar. Perempuan itu telalu indah, matanya, hidungnya, bibirnya, bahkan senyumnya mampu membuat siapa saja jatuh cinta. Termasuk Janu.
Lagi-lagi, ia hanya bisa tersenyum miris mengingat jika di hati perempuan itu cuma ada satu nama.
Jika mau, Janu bisa saja nekat mengutarakan seluruh perasaannya dan berusaha mengambil perempuan itu dari Bumi. Tapi sekali lagi, Janu tidak bisa egois, karena ia merasa perannya kali ini hanya untuk sebagai penengah.
Ah, kadang kala semesta memang jahat perihal memberi peran.
Janu mengusap pelan wajah mungil perempuan yang kini sedang tertidur di bahunya. Matanya terlihat sembab akibat menangis terlalu lama.
Lelaki itu tersenyum saat melihat wajah perempuan itu, lalu ia menghela napasnya. โJani, andai bisa, gue pengen jadi seseorang yang selalu bisa lo andalkan, gue pengen jadi seseorang yang bisa jadi alasan lo buat senyum.โ Gumam lelaki itu pelan, lalu ia terkekeh.
โSenjani, lo itu, ketidaksengajaan paling indah, gue sayang sama loโ batin Janu.