Putar Waktu
Clarissa terdiam, kosong, tatapannya kosong. Jiwanya hilang. Di tangannya, terdapat selembar kertas berisi tulisan putranya-Bumi. Dadanya sesak, ketika ia membaca setiap kata yang dituangkan di dalam kertas itu. Sangat sesak sampai bernapas saja rasanya sulit.
“Nak...,” gumamnya dengan mata yang perlahan memerah.
“Putra Mama..,” lirihnya lagi sambil mereas kertas itu.
Lantas tak lama, teriakan histeris pun keluar. Demi Tuhan, rasanya dunia Clarissa runtuh. Kenapa baru sekarang Clarissa membaca surat ini?
Perempuan itu histeris, menangis. Ia berlari kesana kemari mencari sesuatu yang entah di mana keberadaannya. Clarissa mengobrak-abrik gudang dengan gilanya. Ia cari ke segala penjuru rumah. Namun sayang, yang ia cari tidak ada.
Clarissa terduduk dengan tangan yang masih setia menggenggam kertas yang tak sengaja ia temukan di tumpukan barang-barang milik Bumi.
“Maaf Nak, tolong maafin Mama ...,” gumam Clarissa menangis.
Rasanya sakit, kenapa baru sekarang Clarissa merasakan penyesalan? kenapa baru sekarang ia sadar jika Bumi bukanlah kesalahan? Bodoh memang, Clarissa terlalu naif, ia terlalu egois. Padahal sejak awal, semua ini adalah perbuatannya, kesalahannya.
Seandainya saja saat itu Clarissa tidak terbuai dengan dunianya, mungkin hal ini tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya.
Ia adalah manusia paling jahat sebab tanpa rasa malu ia limpahkan kesalahannya kepada seorang anak tak berdosa.
Clarissa menangis, ia bahkan hampir melukai dirinya sendiri jika saja Johan tidak segera datang ke arahnya dan memeluk dirinya.
Didekapnya tubuh itu, ditenangkannya tangisan itu.
“Sudah Cla, semuanya sudah berlalu ...,” gumam Johan.
“Anakku, Ma ...,” ucap Clarissa menangis.
“Maaf, maafin Mama ...,” ucapnya lagi.
Terdengar helaan napas. “Sudah, ya? sudah tiga bulan berlalu. Bumi nggak akan suka lihat kamu nangis kayak gini,” tenang Johan pada Clarissa.
Johan lagi-lagi menghela napasnya apalagi ketika ia melihat beberapa bekas luka goresan pada lengan istrinya itu.
Clarissa menatap Johan. “Mas, aku minta maaf, atas semua yang udah terjadi di masa lalu. Maaf, maaf sebab semua ini adalah salahku, maaf ...,” lirih Clarissa lantas ia memeluk Johan erat.
Benar, semua ini salah Clarissa.
Sekali saja, putarkan kembali waktu. Clarissa berjanji semua ini tidak akan terjadi.