Kembali Patah

“Minggu depan ....”

“Datang ke pernikahan aku, ya?”

Demi Tuhan, jantung Haikal benar-benar terasa seperti berhenti saat ini.

Haikal menggeleng pelan, berusaha menolak apa yang dikatan Ralita.

“Enggak, kamu becanda.” Ucap Haikal.

Ralita hanya menunduk sambil merapalkan kata maaf.

“Gak gini, bukan kayak gini Ralita ....” Haikal menggeleng berusaha menolak.

“Maaf ....” cicit Ralita

“Kenapa?” Tanya Haikal.

Ralita terdiam.

“Kenapa, Ta?” Tanya Haikal lagi.

“KENAPA TA!” Teriak Haikal yang kini tengah menjatuhkan tubuhnya dihadapan Ralita.

“Tujuh tahun ...”

“Tujuh tahun, Ta ...”

“TUJUH TAHUN GUE NUNGGU KEPULANGAN LO!” Teriak Haikal sambil mengepalkan jemarinya menahan sakit luar biasa.

“Maaf ...” lirih Ralita.

Haikal terkekeh, “Disini yang gila siapa? Gue atau lo?”

Haikal tertawa bersamaan dengan air matanya yang jatuh.

“Tujuh tahun, Ta.”

“TUJUH TAHUN GUE DISINI NUNGGUIN LO PULANG!” TUJUH TAHUN GUE RELA JATUH BANGUN DEMI LO, DEMI BISA BUKTIIN KALO GUE INI PANTES BUAT LO!” Lagi, Haikal berteriak berusaha mengeluarkan emosinya.

Ralita menjatuhkan dirinya kemudian terisak.

“Lo jahat, Ta ....” ucap Haikal.

“Lo egois,” ucap Haikal.

“Lo tau? Apa aja kesulitan gue selama ini? Lo tau gimana berharapnya gue setiap hari tentang kepulangan lo? Gue sakit, gue selalu berharap lo disini sama gue, Ta.”

“Gue rela ngabisin banyak waktu cuma untuk kepulangan lo,”

“GUE MASIH DISINI DENGAN PERASAAN GUE YANG GAK PERNAH BISA GUE LEPASIN!” Teriak Haikal sambil memukul dadanya.

“Tujuh tahun gue nunggu lo, TUJUH TAHUN!” Lagi, Haikal terisak.

Ralita hanya menangis dihadapan Haikal.

“Tujuh tahun enggak sebentar, Ta. Gue bahkan banyak lewatin rasa sakit gue sendirian, bahkan disaat gue pengen ngerasain pelukan lo, gue cuma bisa berandai.”

“Sakita Ralita.”

“Gue pikir kepulangan lo ini untuk ngasih kebahagiaan buat kita, tapi nyaranya kepulangan lo cuma buat ngasih luka.”

“Selama ini gue nunggu lo pulang, dan sekarang apa yang gue dapet?”

“Lo tau? Kenapa gue tetap nunggu lo walau pun gue udah jatuh berdarah-darah buat bisa bangkit? Lo tau, gak?”

“Karena gue percaya kalo lo gak akan pernah ngingkarin janji lo.”

“Haikal .... maaf”

“Percuma Ta”

“Udah selesai, bahkan mungkin dari dulu?”

Haikal tertawa miris.

Sakit sekali.

“Gue bodoh, ya, Ta? Gue bodoh banget.”

“Gue pikir, gak akan pernah ada yang namanya sia-sia. Gue pikir gak akan ada lagi kehilangan setelah kepulangan lo. Tapi nyatanya gue yang terlalu banyak naroh harapan sama lo,”

Haikal menghela napasnya, kemudian ia beranjak dan menatap Ralita yang tengah menangis.

“Maaf ...” lirih Haikal.

“Gue yang salah.”

“Gue yang terlalu berharap banyak hal. Padahal nyatanya kita udah berakhir bahkan dari sejak kepergian lo.”

“Maaf karena gue selalu minta buat lo pulang lagi, maaf karena gue banyak berharap, Ta.”

“Selamat ya?”

“Selamat atas pernikahannya ....”

“Gue pamit.” Ucap Haikal yang melangkah menjauh dari sana.

Semesta ini suka sekali bercanda, ya? Diajak terbang tinggi kemudia dijatuhkan begitu saja tanpa alas.

Semesta ini terlalu suka becanda, sampai-sampai ia tidak sadar jika banyak manusia yang terluka karena skenarionya.

Dan untuk kesekian kalinya. Haikal kembali patah

Lagi dan lagi.