Permintaan

Pradipa, saat ini lelaki itu benar-benar sedang bersama perempuan yang sebelumnya ia ajak untuk melihat bintang.

“Bener, kan? Saya bilang juga bintangnya banyak,” ucap Pradipa pada perempuan yang tengah menatap langit malam itu.

Netra Pradipa menatap perempuan yang tengah fokus memperhatikkan langit malam dengan lekukkan yang menyinggung di wajahnya.

“Saya enggak pernah tau, kalo bintang malam kayak gini keliatan indah banget,” ucapnya membuat Pradipa tersenyum.

Serena nama perempuan ini. Tapi entah kenapa, Pradipa lebih suka memanggilnya Anulika, sebab menurutnya nama itu sangat cantik.

Sebut saja Pradipa aneh, sebab ia terlihat sangat terburu-buru, padahal ia dan perempuan ini belum lama kenal.

Terkadang Pradipa bersyukur, jika bukan karena buku, mungkin Pradipa tidak akan bertemu dengan perempuan ini.

Ada sedikit perasaan aneh ketika ia ada di dekat Anulika. Entah apa, tapi yang jelas, Pradipa menyukai perasaan ini. Entah ini perasaan suka atau hanya penasaran saja.

“Ih ada yang jatuh,” ucap Serena sambil menunjuk bintang jatuh.

Pradipa terkekeh saat mendengar ucapan Serena yang terdengar sangat takjub, “ayo buat permintaan!” Ucap Pradipa membuat Serena menoleh pada lelaki itu.

“Emang bisa?” Tanya Serena.

Pradipa mengangguk, kemudian lelaki itu memejamkan matanya seolah ia tengah membuat permintaan.

Serena menatap wajah lelaki itu dari samping, lalu tanpa sadar ia tersenyum.

Serena lalu mengarahkan pandangannya pada langit, lalu ikut memejamkan matanya.

Hanya hening untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Pradipa membuka matanya dan menoleh pada Serena yang masih memejamkan matanya.

Gila, kenapa rasanya seperti ada kupu-kupu pada perut Pradipa? Hanya karena ia memperhatikan wajah mungil perempuan yang belum lama ia kenal ini.

“Udah?” Ucap Pradipa sesaat setelah Serena membuka matanya.

Serena mengangguk kemudian tersenyum, “udah,” ucapnya.

“Apa nih harapannya?” Ucap Pradipa penasaran.

Serena tersenyum, “mau tau?”

“Boleh?”

Perempuan itu terkekeh, “saya cuma minta biar orang-orang disekitar saya dikasih bahagia luar biasa,” ucap Serena yang terdengar tulus.

Pradipa menatap Serena yang tengah tersenyum, “terus harapan buat diri sendiri, apa?”

Serena menoleh pada Pradipa, kemudian ia menggeleng, “gak ada,” ucapnya.

“Kenapa?”

“Karena bahagia orang-orang yang saya sayang, itu juga bahagianya saya,” ucap Serena membuat Pradipa kembali menatap.

“Anulika ....” Pradipa berucap kemudian menghela napasnya.

Belum sempat Pradipa melanjutkan ucapannya, Serena sudah lebih dulu beranjak dari duduknya.

“Dipa, ayo pulang!”