Nyaman
Elea melangkahkan kaki nya ke area halaman belakang, perempuan itu melihat Galen sedang terduduk di bangku.
Elea menarik nafas, mencoba memberanikan diri mendekati Galen.
“Boleh duduk?” Ucap Elea membuat lelaki itu menoleh lalu menggeser badannya.
“Dingin loh di luar” ucap Elea
Galen hanya tersenyum tanpa menjawab ucapan Elea.
“Maaf ya?” Ucap Elea tiba-tiba
Galen menoleh pada perempuan di sampingnya itu “maaf? Untuk apa?”
“Maaf kalau masakan saya gak enak” ucap Elea
Galen terkekeh “enak kok, kenapa ngomong gitu? Gara-gara saya selesai makan ya?”
Elea mengangguk pelan “iya hehe”
Galen menyandarkan punggungnya lalu mengarahkan pandangannya ke atas langit yang memang malam itu cukup indah untuk di lihat.
“Masakan kamu rasanya mirip sama masakan alm istri saya” ucap Galen lalu menghela napas
Elea terdiam, lalu menoleh ke arah Galen “seriusan? Mungkin itu perasaan kamu saja Galen”
Galen menggeleng lalu terkekeh “enggak lea, saya tahu percis rasa masakan istri saya, saya bahkan masih ingat bagaimana rasanya. Maaf ya tadi saya berhenti gara-gara saya keinget sama istri saya, saya gak maksud apa-apa kok, maaf kalau bikin kamu tersinggung” ucap Galen
Elea menghela napas pelan, entah mengapa ada yang aneh pada dadanya saat mendengar ucapan Galen.
Perempuan itu cepat-cepat menghela napas lalu tersenyum sambil memberanikan diri menatap Galen
“Saya gapapa kok, maaf ya gara-gara masakan saya kamu jadi keinget istri kamu” ucap Elea
Galen terdiam tidak menjawab, ia malah terus menatap langit malam itu.
“Elea lihat deh, bintangnya banyak banget” ucap Galen
Elea mengalihkan pandangannya ke arah langit, dan memang benar langit malam ini indah.
“Dulu saya suka lihat bintang disini sama istri saya Lea” ucap Galen
“Tapi semenjak istri saya meninggal, saya gak pernah duduk disini lagi, dan sekarang pertama kalinya saya duduk disini lagi setelah sekian lama”
Elea mendengar ucapan Galen yang terdengar seperti banyak kerinduan dalan ucapannya, iya, kerinduan terhadap perempuan yang dicintainya.
“Kadang saya suka sedih sendirian, ada yang hilang dalam diri saya setelah Andara meninggal. Elea, masakan kamu tadi bener-bener ingetin saya sama Andara, memang tidak semua mirip, tapi tadi ikan yang kamu buat benar-benar seperti apa yang selalu Andara masak buat saya...”
“Saya kangen Andara”
Elea mendengar suara Galen lirih, lalu terdengar sebuah isakan yang sangat kecil dari lelaki di sampingnya itu.
“Galen..? Gapapa?”
Galen menunduk diam dengan pundak yang sedikit turun naik. “Saya gapapa”
Entah mengapa Elea dengan beraninya mendekatkan diri pada lelaki itu, lalu dengan lancang memeluk tubuh lelaki itu.
Galen sedikit kaget dengan pelukan yang tiba-tiba datang pada dirinya, namun entah mengapa rasanya hangat, rasanya seperti kehangatan yang sudah lama hilang itu telah kembali, dan entah mengapa rasanya nyaman
“Gapapa sedih wajar kok, lelaki nangis bukan berarti lemah” ucap Elea lembut sambil menepuk pundak Galen.
“Terimakasih Elea”