Night With You.

Suara film terdengar di ruangan itu. Dingin dari pendingin ruangan dan hangat dari pelukan berpadu jadi satu.

Agam dan Ocean saat ini tengah bersama menonton film di tempat tinggal Ocean, setelah sebelumnya mereka berdua pergi kesana-kemari berbelanja beberapa barang dan bahan masak yang diperlukan.

Suara tawa keduanya terdengar nyaring memenuhi ruangan. Ocean yang bersandar sambil memeluk Agam dari samping dan Agam yang duduk tegap sambil mengusap tangan Ocean.

Waktu menunjukan pukul sebelas malam. Rasanya baru saja tadi mereka memulai film, tapibternyata sudah hampir memasuki jam malam.

“Kamu gak ngantuk?” Tanya Ocean pada Agam.

Lelaki itu menggeleng kemudian ia menoleh pada Ocean. “Kamu ngantuk?”

Ocean nengangguk pelan. “Iya tapi masih mau sama kamu,” ucap Ocean membuat Agam terkekeh.

Agam mengusap tangan Ocean dan menggenggamnya erat. “Oh iya, katanya mau cerita?” Tanya Agam pada Ocean.

Ocean menepuk keningnya. “Lupa!”

Agam terkekeh. “Ayo cerita.”

“Tapi tentang Jay, gapapa?” Ocean menatap Agam, takut jika pembahasannya ini akan membuat perasaan Agam tidak enak.

“Gapapa sayang,” jawab Agam lembut.

Ocean merubah posisinya menjadi menghadap pada Agam. Begitu juga Agam yang langsung ikut mengubah posisinya berhadapan dengan Ocean.

Agam menatap Ocean lekat, ia memperhatikan setiap gerakan bibir Ocean. Sesekali ia hanya tersenyum ketika mendengar ocehan dari perempuan di hadapannya itu.

Ocean menceritakan semua hal yang akhir-akhir ini terjadi, mengenai hubungannya dengan Jay dan Agnes yang terasa semakin merenggang.

Bahkan, ketika Ocean tengah bercerita, ia hampir saja menangis.

Jemari Agam perlahan bergerak untuk membenarkan helaian rambut Ocean yang sedikit demi sedikit berjatuhan menutup wajahnya.

“Aku kangen mereka tau, Gam sebenernya. Apalagi Agnes, tapi sekarang dia ngehindar terus,” ucap Ocean sambil menunduk.

Agam yang melihat itu hanya bisa menghela napasnya. “Gapapa,” jawabnya.

“Gini Oce …”

“Aku disini juga gak bisa nyuruh Agnes buat gak bersikap kayak gitu ke kamu. Aku paham, rasanya pasti nggak enak, ya?”

Ocean mengangguk dengan wajahnya yang menekuk. “Aku sekarang kayak ngerasa sendiri banget.”

“Kan ada aku?”

Ocean menggeleng. “Bukan, maksudnya di lingkung pertemanan Agam. Kan biasanya aku kemana-mana tuh cuma sama Agnes, terus Jay juga.”

“Ya meskipun hubungan aku sama Jay juga sempet lebih dari temen, tapi kalo diinget, dia temen aku juga. Terus Eknath, dia kan sibuk kerja, aku mau ngajak ketemu juga nggak enak.”

Lagi, Ocean menunduk.

Agam menghela napasnya lagi, ia kemudian tersenyum dan kembali mengusap puncak kepala Ocean.

“Sini …,” ucap Agam membuat Ocean menatapnya heran.

“Apa?”

“Peluk,” ucap Agam lembut kemudian ia merentangkan kedua tangannya mempersilahkan Ocean supaya secepatnya masuk ke dalam dekapannya.

Tanpa berpikir panjang, Ocean segera memeluk Agam erat. Dan Agam pun begitu.

Agam mencoba memberikan ketenangan pada Ocean. Berkali-kali Agam menggumamkan kata tidak apa pada Ocean.

Ocean menyembunyikan wajahnya di dada bidang lelaki itu.

Nyaman, rasanya selalu nyaman dan menenangkan.

“Agam,” panggil Ocean.

“Apa?” Jawab Agam sambil terus mengusap kepala perempuan kesayangannya itu.

“Sayang banget sama kamu.”

“Tau nggak?”

Agam tersenyum. “Iya tau Oce.”

“Jangan kemana-mana ya, Gam. Sekarang aku cuma bisa pegangan sama kamu. Temen-temen aku udah gak bisa, terus Ayah? Dia kan udah punya keluarga baru, prioritasnya bukan aku lagi. Dan Mama? Aku nggak deket sama Mama. Jadi aku sekarang cuma bisa pegangan sama kamu,” jelas Ocean.

Agam melepaskan pelukannya, kemudian ia menatap perempuan itu. Tangannya kembali bergerak untuk mengusap wajah Ocean yang mungil.

“Aku nggak pernah kemana-mana Oce.”

Agam masih menatap lekat Ocean.

“Aku ketemu kamu disaat kamu luka kamu masih basah.”

“Aku ketemu kamu disaat kamu lagi ngerasa kalau dunia selalu gak baik sama kamu.”

“Aku ketemu kamu, disaat kamu lagi butuh-butuhnya pelukan, Ocean.”

Agam tersenyum. “Dan aku, nggak akan ninggalin kamu gitu aja.”

I love you, I really do. Jadi jangan khawatir.”

Ocean tidak menjawab ketika Agam kini kembali memeluknya. Ocean hanya memejamkan matanya dan balik memeluk Agam erat.

Beruntung, Ocean beruntung karena ia mempunyai Agam.

“Gam,” ucap Ocean.

“Boleh nggak?”

Agam menatap Ocean. “Apa?”

“Temenin aku tidur,” pinta Ocean.

“Emang boleh?” Tanya Agam.

Ocean menyerengeh. “Boleh lah. Orang kamu kalo kesini kayak gak pernah tiduran bareng aja,” ucap Ocean membuat Agam terkekeh.

“Ya kan kalo tidur bareng semaleman mah nggak,” jawab Agam.

“Yaudah, sekali aja sekarang. Katanya kamu capek?”

“Aku peluk nanti kayak gini,” ucap Ocean lagi yang kini memeluk Agam seperti anak kecil.

Agam Lagi-lagi hanya tertawa. “Yaudah, ayo,” jawab Agam membuat Ocean tersenyum lebar.

“YEAY! Ayo bobo!” ucap Ocean yang kemudian beranjak sambil menarik Agam.

Agam hanya menggeleng sambil terkekeh.

Lantas malam itu, mereka menghabiskan waktunya bersama.