Mistake
Raka melangkahkan kakinya menuju rooftop, dengan tangan yang menggenggam sebuah teh hangat dan jaket.
Terlihat di hadapannya ada Nana yang tengah sibuk menyalakan api untuk nantinya digunakan memasak daging bersama teman-temannya.
Raka mendekat, membuat Nana menoleh dan kemudian tersenyum.
“Nih jaket buat lo, pake,” ucap Raka yang kemudian duduk di kursi dekat dengan Nana.
“Makasih Ka,” balas Nana tersenyum.
Raka hanya mengangguk, ia memperhatikan apa yang tengah perempuan itu lakukan, lantas tak lama ia pun berdiri dan segera membantu Nana untuk menyalakan apinya.
Terdengar suara kekehan dari Raka ketika melihat raut wajah kebingunan Nana.
Suasana tiba-tiba saja terasa menghangat. Apalagi ketika Nana tidak berhenti untuk mengoceh membicarakan banyak hal.
Raka melirik Nana sedang berbicara sambil memperagakan apa yang tengah ia bisa bicarakan. Membuat Raka tersenyum singkat.
Rasanya seperti ada hal baru dalam diri Raka. Ia sebelumnya tidak pernah merasakan hal seperti ini.
Ini aneh, tapi semenjak Raka memutuskan untuk beristirahat dari hubungannya dengan Sena. Raka seolah merasakan hal baru yang sebelumnya belum pernah ia rasakan.
Raka juga tidak tahu apa yang tengah ia rasakan saat ini apalagi ketika ia bersama Nana. Tapi, Raka merasa nyaman, meskipun kenyataannya ada hal-hal yang dirasa menghilang dari diri Raka.
Raka menggelengkan kepalanya berusaha mengalihkan pikirannya supaya tidak memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan masalahnya bersama Sena dari beberapa minggu belakangan ini.
“Ih nyala!” Teriak Nana ketika Raka berhasil menyalakan apinya.
Raka tersenyum bangga, kemudian ia mengacungkan jempolnya pada Nana. “Gue hebat!” Ucap Raka dibarengi kekehan kecil.
Keduanya tertawa, kemudian tak lama Raka duduk, diikuti Nana yang juga duduk di samping Raka.
“Yang beli daging lama banget, ya,” ucap Nana sambil memainkan ponselnya.
“Paling mereka bentar lagi pulang,” balas Raka.
Raka menatap langit malam yang terlihat sangat ramai oleh bintang. Sepertinya malam ini langit sedang berbahagia.
Raka memejamkan matanya sejenak, kemudian ia menarik napasnya dalam.
Nana menoleh pada Raka, diam-diam ia menatap Raka lama dan tersenyum.
“Ka …”
“Hmm?”
Nana terdiam membuat Raka menoleh pada Nana.
Netra mereka bertemu. Raka tiba-tiba saja terdiam ketika ia menatap lekat netra hitam kecoklatan milik perempuan itu.
Dan tanpa sadar, Nana mendekatkan wajahnya pada Raka, membuat kening mereka beradu.
Raka terpaku untuk beberapa saat. Sebelum akhirnya Raka mengikis jarak di antara keduanya. “Na …,” gumam Raka membuat Nana mengangguk pelan. Lantas dengan hati-hati mengecup bibir ranum perempuan itu.
Dan tanpa Raka sadari malam ini, ia sudah membuat kesalahan besar dimana ia sudah membuka lebar pintu rumahnya agar orang lain untuk masuk ke dalam tanpa perlu merasa takut.