Manusia Perlu Kesalahan Untuk Tumbuh.
Perempuan yang umurnya terpaut empat tahun itu menarik napasnya dalam ketika ia berhadapan dengan sang adik.
Caca-perempuan itu menatap lekat sang adik yang tengah tertunduk.
Ini sudah hampir dua minggu sejak terakhir kali Caca mengatakan jika ia sangat kecewa pada sang adik.
Iya, Caca kecewa sebab adiknya itu sempat melakukan kesalahan fatal yang membuatnya merasa gagal menjadi sosok kakak.
Caca pikir, ia sudah cukup mampu membimbing adiknya, namun ternyata salah.
Banyak sekali hal yang tidak bisa Caca lakukan perihal menjadi sosok kakak yang baik untuk adiknya.
Terdengar lagi suara helaan napas dari Caca. “Jangan nunduk terus,” ucapnya pada Jinan.
Perlahan, Jinan mengangkat kepalanya. Berusaha menatap balik netra sang kakak.
“Ka—“ belum sempat Jinan mengatakan sesuatu, Caca sudah lebih dulu angkat bicara.
“Jangan kayak kemarin lagi,” ucap Caca yang masih setia menatap Jinan membuat Jinan kembali menunduk.
“Adek …,” ucap Caca pelan.
“Kakak gak sehebat ayah, kakak gak sehebat ibu dalam mendidik kamu.”
“Banyak hal yang gak bisa kakak kasih buat kamu. Kakak masih kurang dalam banyak hal termasuk jaga kamu,” ucap Caca lagi.
“Kak …”
“Kakak udah gagal, jagain kamu.”
Jinan menggeleng. “Enggak, kakak gak gagal. Adek yang gagal. Adek gagal karena gak bisa jaga kepercayaan kakak.”
“Maafin adek …”
Caca kembali menarik napasnya dapam. “Sini,” pinta Caca sambil merentangkan tangannya menyuruh Jinan masuk ke dalam pelukan itu. Lalu tanpa berlama-lama, Jinan pun memeluk erat tubuh Caca.
“Kakak maaf, maafin adek …,” ucap Jinan berkali-kali.
Caca menangis dalam pelukan itu. “Kakak udah denger semuanya dari om iko. Maaf ya, maafin kakak …” lirih Caca.
“Disaat adek lagi butuh kakak, kakak malah mentingin ego kakak sendiri. Padahal adek butuh kakak.”
Jinan menggeleng lalu mengeratkan pelukanny. “Adek yang minta maaf. Maaf udah ngecewain kakak.”
“Harusnya adek nurut buat gak deket sama Adit. Harusnya adek percaya kakak.”
“Maaf, maaf adek udah ngecewain kakak.”
Jinan terisak. “Kakak adek takut, maaf …” lagi Jinan kembali terisak dalam pelukan Caca.
Caca memeluk erat tubuh sang adik yang ternyata sudah lebih besar darinya. Isakan Jinan membuat memori dulu, ketika Jinan masih kecilbterlintas.
Jinan, selalu meminta peluk Caca setiap kali ia menangis. Bahkan sampai sekarang.
Adik kecilnya sudah dewasa. Tidak ada lagi Jinan yang menangis karena kehilangan mainan.
Baik Caca dan Jinan mereka berdua sudah tumbuh besar. Saling belajar tentang bagaimana caranya menutup semua kekurangan yang ada.
Kedua kakak beradik itu saling mengeratkan pelukannya.
Benar, mereka hanya punya satu sama lainnya. Lantas, kalau bukan mereka sendiri yang saling menguatkan dan menggenggam siapa lagi?
Kadang, manusia perlu kesalahan untuk bisa belajar tumbuh jadi lebih baik. Dan manusia juga perlu luka agar tahu bagaimana caranya mengobati.