Maafin ayah

Haikal menoleh saat mendengar Ralita tertawa dengan Caca yang berada di pangkuannya.

Diam-diam Haikal tersenyum.

“Caca want to eat ayam!” Ucap Caca yang lagi-lagi membuat Ralita tertawa.

“Iya, iya, nanti sama bubur ayam, ok?” Ralita terkekeh.

No, no, no bubur ayam gak enak!” Ucap Caca yang membuat Ralita dan Haikal tertawa.

“Gak suka apaan. Orang Caca setiap pagi minta bubur ayam sama yayah,” sahut Haikal sambil fokus menyetir, membuat si kecil menyerengeh.

Ralita terkekeh, kemudian jemarinya bergerak merapikan helaian rambut Caca, lalu Ralita mengusapnya dengan lembut dengan wajahnya tersenyum memperhatikan Caca.

Haikal yang tak sengaja menoleh dan melihat itu, hatinya menghangat.

“Caca kalau sekolah mau di anterin sama tante, gak? Atau mau di jemput sama tante? Nanti kita main,” tanya Ralita sambil terus mengusap pucuk kepala Caca.

Anak itu menoleh pada Ralita kemudian mengangguk senang.

“MAU!”

“Biar Caca seperti teman-teman Caca,” ucap Caca sambil memainkan kuku jarinya.

“Temen Caca kenapa?” Tanya Ralita.

“Temen Caca kalau ke sekolah suka sama bunda,” ucap Caca.

“Caca suka diledek soalnya Caca gak punya bunda ....” Caca menunduk dengan nada suara yang terdengar sedih.

Haikal dan Ralita salin menoleh.

“Caca ....” lirih Haikal sambil menggerakkan sebelah tangannya untuk mengusap Caca.

Tiba-tiba saja Caca memeluk leher Ralita dan menjatuhkan kepalanya di pundak perempuan itu.

Ralita terdiam, kemudian ia mengusap punggung anak itu.

“Ta ....”

“Gapapa,” ucap Ralita menandakan bahwa ia baik-baik saja.

Ralita kembali mengusap Caca.

“Hari ini sekolahnya Caca sama tante, ok? Nanti tante marahin yang ledekin Caca!” Ucap Ralita membuat Caca melepaskan pelukannya dan menatap wajah Ralita.

“Benelan?!”

Ralita mengangguk. Kemudian Caca kembali memeluk leher Ralita erat.

Haikal menghela napasnya.

”maafin ayah,” batin Haikal.