Maaf
Biru melangkahkan kakinya dengan sangat pelan. Sudah pukul satu pagi, dan Biru baru saja pulang dari pekerjaannya.
Dengan sangat hati-hati, lelaki itu berusaha menutup pintu dengan sangat pelan, takut-takut jika Senjani bangun dari tidurnya.
Biru berjalan memasuki kamarnya, lalu fokusnya tak sengaja tertuju pada seseorang yang sedang tertidur tanpa selimut. Biru tersenyum.
Lelaki itu lalu dengan pelan mendekat ke arah Senjani, ia lalu duduk di samping tubuh perempuan itu. Tangannya terur untuk mengusap pelan surai hitam legam yang menutupi sebagian wajah milik perempuan kesayangannya itu.
Biru lagi-lagi tersenyum, lalu menghela napasnya.
“Maaf...” ucapnya pelan.
Hampir beberapa menit ia hanya diam menatap wajah mungil milik Senjani, ia lalu menghela napasnya.
Rasa bersalah karena ia pulang larut, tiba-tiba saja menyelimuti dirinya.
Biru mendekatkan wajahnya, ia tersenyum, lalu mengecup pelan pipi Senjani.
“Selamat tidur, maafin aku ya...”