Maaf

Sagara, Farel, Sadewa, dan Juga Fauzan, kini mereka tengah berkumpul di sebuah cafe. Sambil berbincang mengenai project musik yang akan mereka lakukan dua bulan lagi.

“Masalahnya kita kurang pemainnya anjir. Si Axel mau sidang jadi gak bisa,” ucap Sadewa sambil menyeruput kopinya.

Fauzan menghela napasnya. “Dia sidang bulan depan, kita main bulan depannya lagi. Bisa kali? Tar aja gua bujuk,” ucap Fauzan sambil menyandarkan tubuhnya.

Saat tengah asik berbincang, tiba-tiba saja datang seseorang sambil membawa pesanan milik Sagara dan juga Farel.

“Permisi mas, in—“ belum sempat orang itu menyimpan minuman di meja, tiba-tiba saja Sagara membulatkan matanya sambil berkata.

“Juli?” Ucapnya membuat orang itu menoleh pada Sagara.

“Loh? Sagara?” Jawab Juli yang juga kaget melihat Sagara.

Teman-teman Sagara ikut menatap perempuan itu.

“Siapa Gar?” Tanya Sadewa.

“Yang kata gue kemarin,” ucap Sagara.

Fauzan menatap Juli dari bawah sampai atas, kemudian ia berdecih.

“Ini yang numpahin kopi ke sepatu lo?” Ucap Fauzan.

Juli menatap Fauzan sejenak kemudian menunduk.

Fauzan terkekeh. “Udah tau gak punya duit, sok-sokan mau ganti. Kerja aja dah lu yang bener biar bisa ganti sepatu temen gua,” ucap Fauzan membuat Juli terus menunduk dan bergumam kata maaf.

“Maaf …” lirihnya.

Sagara menepuk bahu Fauzan. “Jangan gitu anjing,” bisiknya.

“Gaji lo berapa dah? Nyicil berapa bulan lo? Hahaha,” Fauzan tertawa.

“Hadeuh, udah tau oran susah. Ada aja tingkahnya,” lanjut lelaki itu membuat Juli menahan tangisnya.

Juli menarik napasnya, kemudian ia segera menyimpan pesanan itu.

“Ini pesanannya. Permisi …” Juli segera pergi dari sana sambil menahan tangisnya.

“Jaga omongan lo anjing!” Ucap Sagara pada Fauzan sepeninggalan Juli.