Maaf

Seharian ini Juli bekerja seperti biasa. Tidak sulit, hanya sekedar mengantarkan pesanan juga membersihkan meja.

Hari sudah berganti jadi malam, seperti yang dikatakan Jovan sebelumnya, bahwa malam ini akan ada yang menyewa cafe untuk acara. Entahlah, Juli juga tidak tahu acara seperti apa yang akan dilaksanakan.

Dari pukul empat sore, cafe sudah mulai mempersiapkan berbagai hal, dari mulai menyusun tempat sampai mempersiapkan beberapa dessert dan juga minuman.

Juli hanya duduk di depan meja kasir, sambil memperhatikan orang-orang yang terlihat seumuran dengannya berdatangan.

Juli menghela napasnya. Terkadang ia iri dengan orang-orang. Disaat seharusnya ia menikmati masa muda dengan menyenangkan. Juli malah mati-matian bekerja demi bisa menghidupi dirinya serta adik satu-satunya.

Lagi, Juli kembali menghela napasnya, dan sedetik kemudian Juli berdiri dan mulai menyapa orang-orang yang berdatangan.

Juli mempeehatikan orang-orang itu, dan ada beberapa orang yang Juli kenal, sebab itu adalah mahasiswa yang sekampus dengannya.

Saat sedang fokus menyapa pelanggan yang datang, tiba-tiba saja jantung Juli berdegup kencang. Sebab ia melihat Sagara dan teman-temannya yang datang kesana. Juli sangat gugup, terlebih saat ia melihat Fauzan.

Mereka melangkah masuk, kemudian netra Sagara menatap Juli, lelaki itu tersenyum pada Juli, begitu juga Juli.

Mereka duduk dan kemudian ikut berbaur bersama orang lain. Ternyata ini acara Sagara dan teman-temannya. Terdengar suara musik yang mulai menyala. Membuat suasana cafe tedengar bising.

Juli hanya duduk sambil memperhatikan mereka semua, terkadang ia ikut tersenyum saat melihat orang-orang itu saling bercanda. Jujur saja, Juli iri. Sebab ia tidak mempunyai teman sebanyak itu. Jangankan teman dekat, ada yang mau berteman dengannya juga Juli sudah bersyukur.

“WOY!” Tiba-tiba saja terdengar suara teriakan membuat Juli menoleh. Jul segera bergegas menuju meja itu.

“Iya? Ada yang bisa dibantu?” Ucap Juli ramah. Disana ada Sagara juga yang tengah terduduk sambil melihat ke arah Juli.

“Mana pesenan gue? Lama banget,” ucap Fauzan pada Juli.

Beberapa orang perempuan disana juga memperhatikan Juli dengan tatapan jijik? Ya seperti itu.

“Oh iya sebentar,” Juli segera bergegas untuk menanyai pesanan Fauzan pada Kemal.

Butuh waktu beberapa saat sampai akhirnya Juli kembali dengan membawa nampan berisi minuman. Juli berjalan dengan sangat hati-hati.

Namun, belum sempat Juli menyimpan minumannya di meja, tiba-tiba saja ia terpeleset yang menyebabkan minuman itu tumpah.

“Bego, minuman gue!” Ucap Fauzan.

“Ih baju gue kecipratan,” ucap seorang perempuan di samping Fauzan.

“Lo bisa kerja yang bener gak sih?” Ucap salah seorang perempuan yang duduk di samping Sagara.

Juli segara bangkit dan juga segera membersihkan tumpahan itu.

“Makanya, lo kalo punya mata pake! Mau gue laporin lo ke yang punya cafe? Kerja gak bener,” ucap Fauzan dengan nada kesalnya.

Juli hanya menunduk.

“Udah tau lo kerja, butuh duit. Kerja yang be—“ belum sempat Fauzan menyelesaikan kalimatnya, Sagara bangkit dan membanting kunci mobil yang sedari tadi ia genggam.

Sagara menatap Fauzan dengan kesal, ia kemudian beranjak dan mendekat pada Juli, membantunya membersihkan kekacauan itu. “Sorry ya,” gumamnya pada telinga Juli.

“Gak usah, saya aj—“

Sagara tiba-tiba saja menarik Juli pergi dari sana.

“Sagara kemana ih!” Teriak seorang perempuan disana.

Sagara membawa Juli keluar dari cafe itu, kemudian ia membantu Juli melepas celemek yang basah itu.

Juli hanya menunduk sambil menahan tangisnya. Netra Sagara pun ikut bergerak menatap Juli kala ia mendengar isakan kecil dari perumpuan di hadapannya ini.

“Maafin saya ya …” lirih Juli.

Perempuan itu terisak.

Sagara menghela napasnya, kemudian tanpa aba-aba tangannya bergerak mengusap air mata Juli.

“Maafin temen-temen saya, ya? Jangan nangis, maaf,” ucap Sagara yang kemudian ia segera menarik Juli ke dalam pelukannya.