Maaf

“Hai Lea, maaf telat tadi ada pasien darurat. Lama ya nunggu?”

Elea tersenyum pada Galen “gapapa kok”

Galen duduk di hadapan Elea “Sendiri kesini?”

Elea mengangguk

“mau pesen apa? Biar saya pesenin, suka kopi?”

Galeng mengangngguk “Americano”

“Tunggu bentar ya”

Elea beranjak memesan minuman untuk Galen.

Elea memperhatikan Galen yang sedang duduk sambil memainkan ponselnya. Tampan

Tak lama pesanan selesai, Elea bergegas kembali memberikan pesanan Galen

“Galen ini” ucap Elea

Galen tersenyum manis “Makasih, ini berapa? Biar saya ganti”

Elea menggelang pelan “gapapa, gak usah di ganti”

“Beneran?”

Elea mengangguk “iya Galen, gak perlu sungkan”

Galen terkekeh pelan “makasih ya, saya minum”

Hening, hanya terdengar alunan musik dan ocehan dari para pengunjung cafe itu. Elea menghela napasnya, sebelum akhirnya memberanikan dirinya untuk berbicara perihal apa yang akan ia sampaikan

“Galen, saya mau bicarain sesuatu, sebelumya maaf kalau saya lancang sekali” ucap Elea

Galen menatap perempuan di hadapannya itu “Ada apa? Penting kah?”

“Emm, gak terlalu penting, saya cuma mau bilang aja”

“Apa?”

Elea diam sejenak, lalu menghela napasnya “Galen...”

“Iya Lea?”

“Maaf ya, saya bener-bener lancang, gak seharusnya saya gini, maaf”

“Hei, kenapa?”

“Galen...”

“Saya suka sama kamu, jujur saja saya tidak Bisa menahan ini. Maaf kalau saya lancang, tapi saya bener-bener suka sama kamu, mungkin saya sayang sama kamu, maaf maaf”

“Lea..”

“Kamu boleh benci saya gapapa, maaf karena saya gak bisa nahan perasaan saya sendiri, kamu baik, maaf saya bikin kamu gak nyaman, harusnya saya gak gini maafin saja Galen”

Galen terdiam, entahlah, ia kaget sekali, bahkan ia tidak menduga jika hal seperti ini akan terjadi.

“Elea, sebelumnya makasih udah mau jujur, tapi maaf saya pulang”

Belum sempat Elea mengutarakan semuanya, Galen bejanjak pergi dari sana, hati Elea hancur. Harusnya ia tidak seperti ini, harusnya ia tahu diri.