Lupain

“Mau dibantu gimana ini?” ucap lelaki itu pada perempuan di hadapannya.

Perempuan itu hanya tersenyum tipis, lalu menunjuk ke arah meja di belakangnya.

“Boleh tolong angkat itu enggak?” ia bertanya.

Lelaki itu menoleh, lalu mengangguk, “boleh dong Dir.”

Nindira tersenyum “makasih ya,” ucapnya.

Seperti yang dibilang sebelumnya, Adrian kini tengah berada di rumah Nindira, untuk sekedar membantunya membereskan rumah itu.

“Udah?” Tanya Nindira yang dibalas anggukan oleh Adrian.

“Saya bikinin teh dulu, ya. Kamu duduk aja disana, buat sarapannya saya udah pesen kok,” ucapnya.

“Makasih Dira,” ucap Adrian dengan senyum manisnya.

Perempuan itu melangkah pergi ke arah dapur. Adrian memperhatikan daksa perempuan itu.

“Mirip Ellean,” gumamnya pelan.

Lagi dan lagi, Adrian selalu saja merasa jika ada perempuan ini benar-benar mirip dengan perempuan kesayangannya.

Entah apa yang sama, tapi untuk kesekian kalinya Adrian melihat sosok Ellean dalam diri perempuan ini.

Menyebalkan.

Adrian menghela napasnya.

“Lupain Ian,” ucap Adrian pelan.