berubah
Bina menghela napasnya kala membaca pesan dari Haikal.
Sial, kenapa dia harus datang?
Jantung Bina berdetak sangat kencang saat terdengar suara bel masuk dari depan pintu rumah.
Diam-diam Bina melihat dari layar cctv, dan benar saja.
Itu, Reno.
“Brengsek ....” lirihnya sambil menggigit jari-jari tangannya pelan.
Bina sangat gugup sekaligus takut.
Kenapa dia harus kembali?
Hampir sepuluh menit bel itu terus berbunyi, Bina menghela napasnya, lalu memberanikan diri membuka pintu itu.
“Hai Bin ....”
“long time no see” ucap lelaki bernama Reno yang tengah berdiri di ambang pintu itu.
Buna meneguk salivanya, tangannya sedikit bergetar saat mendengar suara tegas Reno.
Perempuan itu menatap wajah yang sudah lama tidak ia lihat ini.
“Ngapain?” Ucapnya dingin, namun ia mati-matian menahan takutnya.
Reno menatap Bina dari atas sampai bawah. Sebelah alisnya terangkat kala ia memperhatikan setiap bagian dari diri Bina.
“Lo, beneran, Bina?” Tanyanya dengan nada aneh.
Bina menatap Reno.
Lelaki itu kemudian terkekeh, “lo beneran Bina?”
“Kenapa jadi gini? Hahaha,” Reno tiba-tiba saja tertawa.
“Ckck, setelah nikah lo jadi kayak gini, Bin? Alim banget sih? Haha,” ucapnya lagi diiringi tawa.
“Lo mau ngapain kesini?” Tanya Bina lagi.
“Wes, kalem. Gue cuma mau liat lo aja sih, sekalian gue bawa hadiah, nih,” ucap Reno sambil memberikan kantong berwarna kecoklatan yang sedikit besar lalu didepannya.
Bina memutar bola matanya malas, “gak butuh.” Ucapnya.
Reno terkekeh, “iyalah, istir CEO mana butuh ginian,” ucapnya.
“Lo kesini mau apasih?”
Lagi Reno hanya terkekeh.
“Udah dibilang gue kangen sama lo. Setelah hampir 2 tahun gak ketemu, lo tau-tau udah nikah, dan ninggalin gue? Haha”
Bina menghela napasnya, “gue gak pernah ninggalin lo. Justru lo yang ninggalin gue ...” ucapnya sedikit bergetar.
Reno mengaitkan kedua tangan di dadanya, lalu ia terkekeh.
“Lupain, gak penting.” Ucapnya.
Bina lagi-lagi hanya menghela napasnya.
Netra Reno tak henti-hentinya menatap Bina.
Perempuan ini, banyak sekali berubah.
“Apa yang dia lakuin sampe lo bisa berubah kayak gini, Bin?” Tanya Reno dengan nada suaranya yang terdengar dingin namun menusuk.
“Gue gak berubah.” Jawab Bina.
“Berapa banyak uang yang dia kasih sampe lo rela ngerubah diri lo? Apa yang udah dia kasih sama lo, Bina?” Tanya Reno lagi.
Lelaki itu tertawa pelan, “ini bukan lo,”
Bina menghela napasnya.
“Keluar, bukan urusan lo.” Ucap Bina.
Reno hanya tersenyum tipis.
“Ini bukan lo. Lo gak kayak gini.”
“Cara bicara lo, riasan lo, gaya pakaian lo. Semuanya berubah,”
Bina menatap Reno, kemudian ia tersenyum tipis, “ya karena Bina yang dulu udah gak ada, puas?”
“Lo bahagia? Kayaknya enggak sih, tatapan lo gak nunjukin rasa bahagia sama sekali.”
Bina terdiam.
Reno lagi-lagi terkekeh.
“Gue cuma mau liat lo doang, gak usah takut. Gue gak bakal mukul lo. Gue kesini juga mau minta maaf buat kejadian terakhir kali sebelum gue ninggalin lo.”
Reno menghela napasnya, “gue pikir lo bakal tetep jadi Bina yang gue tau, tapi ternyata udah berubah, ya? Haha,”
Tiba-tiba saja jemari Reno bergerak mengacak pelan pucuk kepala Bina, mempuat perempuan itu terpaku.
“Dah, gue balik dulu ....” ucapnya lalu berbalik.
Bina menghela napasnya sambil memeperhatikan tubuh Reno yang mulai menjauh.
Namun, sebelum Reno benar-benar keluar dari rumah itu, ia berteriak.
“JANGAN MAU BERUBAH BUAT ORANG LAIN BIN!” Teriaknya kemudian ia masuk ke dalam mobil dan pergi dari sana.
Bina lagi-lagi terdiam.
“Gue enggak ngerubah apapun ....”