Lebih Lama
Hembusan udara terasa menusuk ke dalam pori-pori perempuan yang kini tengah tertidur di paha lelakinya.
“Ka …,” ucap Sena pada kekasihnya.
“Hmm,” gumam Raka sambil mengusap pelan kening Sena.
Sena menatap Raka yang juga tenah menatapnya, membuat Raka terkekeh. “Kenapa sayang?” Tanya Raka.
Sena hanya menggeleng pelan, kemudian tangannya bergerak meraih jemari Raka membuat gerakan mengusap.
“Udah lama gak diusap-udap kayak gini,” ucap Sena.
Raka menatap Sena yang tengah memejamkan matanya, diam-diam ia menghela napasnya.
“Cantik banget yang lagi ulang tahun …,” ucap Raka pelan membuat Sena tersenyum tipis.
Keduanya kini memejamkan matanya, berusaha menikmari semilir angin yang menyejukkan keduanya.
Jujur saja, pikiran Raka saat ini sedang tidak karuan. Apalagi ketika tadi ia tak sengaja melihat notifikasi pesan masuk di ponsel Sena yang ternyata dari perempuan yang akhir-akhir ini ada di hidupnya. Dan untung saja tadi Raka berhasil mengambil alih ponsel Sena dengan alasan ingin mengambil foto.
Raka beralih menatap kekasihnya yang masih setia memejamkan matanya merasakan usapan lembut dari Raka.
Sial, kejadian beberapa hari kebelakang selalu saja terlintas di benak Raka, membuat raut wajah lelaki itu berubah tidak enak.
“Pusing, ya?” Tanya Sena kemudian tak lama ia mengubah posisisnya menjadi duduk berhadapan dengan Raka.
Raka menggeleng pelan. “Enggak kok,” ucapnya tersenyum.
Sena menatap Raka, ia kemudian menangkup wajah lelaki itu dan tersenyum sambil sesekali mengusapnya lembut.
“Raka …,” ucap Sena lembut.
“Makasih ya udah luangin waktunya hari ini,” lanjutnya lagi.
“Maaf kalau selama ini aku ngekang kamu. Aku tau aku salah, harusnya aku gak jadiin trauma aku ke papa alasan buat ngekang kamu. Aku kayak anak kecil, ya?” Tanya Sena.
Raka terdiam.
Kenapa rasanya sesak?
“Ka …,” panggil Sena lagi.
“Aku sayang banget sama kamu,” ucap Sena menunduk.
Raka kemudian mengusap pucuk kepala Sena, membuat Sena kembali menegakkan kepalanya dan menatap Raka.
“Iya, aku juga sayang banget sama kamu, Sen. Maaf, ya?”
“Maaf buat semuanya, aku bener-bener minta maaf,” ucap Raka yang kemudian ia menarik Sena ke dalam pelukannya.
Sena hanya terdiam memeluk Raka, sambil mendengarkan gumaman kata maaf berkali-kali dari Raka.
Tanpa sadar, air mata Sena pun jatuh membasahi pipinya.
“Maaf ya sayang ya, untuk rasa sakit akhir-akhir ini. Harusnya aku terus ada sama kamu. Harusnya kemarin kita ngalamin fase renggang. Maaf, maaf …,” ucap Raka menciumi pucuk kepala Sena berkali-kali.
Sena mengeratkan pelukannya.
“Raka …,”
“Hmm?”
“Bisa enggak, kita habisin waktunya lebih lama lagi?”
Raka terdiam.
“Jangan pergi-pergi lagi ya, Ka. Sekali pun kamu mungkin udah nemu suasana baru.”
Tidak, Sena tidak sebodoh itu. Ia tahu, sangat tahu jika sekarang perasaan Raka padanya tidak seutuh dulu. Sena tahu itu.
“Tapi boleh gak, Ka? Kalo aku minta wakru kamu buat tinggal lebih lama lagi sama aku?”
Raka terpaku mendengar ucapan Sena, kemudian lelaki itu pun hanya bisa mengangguk pelan.
“Don’t break me, Ka. Please …”
Raka mengeratkan pelukannya.
“I already broke you Sen.I’m sorry,” batinnya.