When You’re Not Okay.

Benar saja Jarel datang menjempit Zeya dalam lima belas menit, tidak kurang dan tidak lebih.

Zeya hanya menggeleng, karena sejak ia mengenal Jarel, Zeya tahu, kalau lelaki ini tidak suka membuang waktu.

Sudah hampir dua bulan Zeya dan Jarel saling mengenal. Bahkan Zeya sendiri heran, kenapa bisa ia akrab secepat ini dengan Jarel.

Usia mereka terpaut lima tahun, Jarel merupakan teman kakak laki-laki Zeya. Tapi entah kenapa, sejak pertama Zeya mengenal Jarel, Zeya tidak pernah malu untuj menjunjukan dirinya sendiri. Dan mungkin hal itu juga yang membuat ia cepat akrab dengan Jarel.

Selain karena Zeya yang bersikap apa adanya, di sini pun Jarel sangat cepat beradaptasi dengan orang baru, ia bahkan pintar membaca situasi dan tentu saja sifat dia yang selalu memberi aura positif setiap kali bertemu Zeya.

Jujur, Jarel memang mengetahui Zeya dari sejak dia sering mengikuti Damar beberapa bulan kebelakang. Apalagi Damar yang akan selalu membagikan kebersamaannya dengan Zeya melalui sosial media, yang tentu saja membuat Jarel tahu, jika sahabatnya itu mempunyai seorang adik perempuan.

Mengingat Jarel tidak suka membuang waktu, maka ketika ada kesempatan ia pun tidak akan menyia-nyiakan. Walau ia pun tidak tahu akan berakhir seperti apa, tapi setidaknya sudah mencoba.

“Mbak, sundae strawberry satu sama yang cokelat satu ya,” ucap Jarel,

“Mau tambah apalagi?” Tanya lelaki itu pada Zeya.

“Udah itu aja,” jawab Zeya membuat Jarel mengangguk.

“Udah mbak itu aja katanya.”

Baik, untuk pembayarannya di depan ya kak, terima kasih

Mendengar itu, Jarel langsung melajukan kendaraannya untuk membayar dan menunggu pesanan mereka siap.

Sambil menunggu, Jarel menatap Zeya sekilas. Perempuan itu tengah fokus memainkan kuku jarinya.

“Anak muda galau,” tiba-tiba saja Jarel berbicara membuat Zeya menoleh dan berdecak.

“Berisik,” ucapnya membuat Jarel terkekeh.

“Yaudah galau aja, saya temenin. Mau denger playlist galau, gak?” Tanya Jarel membuat Zeya menatapnya.

“Gak usah dipancing!” Ketus Zeya yang lagi-lagi membuat Jarel terkekeh lantas menggeleng pelan melihat raut wajah Zeya.

Tak lama pesanan mereka selesai, Jarel langsung saja memberikannya pada Zeya, membuat perempuan itu sumringah.

“YEAY!”

Jarel menggeleng. “Makasih Mas,” ucapnya sebelum akhirnya pergi dari sana.

“Nih punya lo Kak,” ucap Zeya menyerahkan sundae rasa coklat pada Jarel.

“Pegang dulu, kita nyari tempat yang enak buat makan ini, masa saya sambil nyetir?”

Zeye seketika terkekeh. “Pinggirin aja deket alun-alun, hiasanya jam segini masih rame,” ucap Zeya membuat Jarel mengangguk.

Sambil berjalan, Zeya tersenyum sebab sudah lama sekali ia tidak membeli sundae rasa strawberry kesukaannya.

“Dah, sini punya saya,” ucap Jarel ketika baru saja memberhentikan mobilnya.

“Nih.”

Jarel hanya tersenyum lantas ia langsung saja memakan ice cream itu.

Diam-diam Jarel memperhatikan Zeya yang sepertinya tadi Zeya sudah menangis, sebab Jarel bisa melihat matanya yang sedikit sembab.

Just cry, gak ada yang salah. Don't pretend that you're okay, when you're actually not,” ucap Jarel membuat Zeya menatapnya.

Zeya tidak menyangkal, ia hanya menyerengeh dan menunjuk matanya. “Nih liat abis nangis,” ucapnya terkekeh.

Jarel hanya menggeleng pelan.

“Mau nangis lagi gak?” Tanya Jarel.

“Kok nanya gitu?”

“Siapa tau air matanya belum habis.”

“Barang kali mau dihabisin di sini sekarang.”

“Saya temenin.”

Zeya hanya tertawa pelan lantas menggeleng. “Udahan, nangis mulu capek. Mending makan ini,” balas Zeya membuat Jarel tersenyum dan kemudian mengacak rambut Zeya.

“Yaudah terserah. Saya temenin,” ucap Jarel.

Hening beberapa saat, sampai akhirnya Jarel berinisiatif memutar musik.

“Ah malah lagu galau,” sahut Zeya.

“Terserah saya dong,” ucap Jarel.

Jarel menatap Zeya dari samping, dalam, tatapannya sangat dalam.

“Zeya …,” panggilnya.

“Hmm?”

“Kamu boleh datang ke saya kalau memang kamu lagi gak baik. Entah itu karena kerjaan, karena kisah cinta kamu, atau karena hal lainnya. You can come to me.

Jarel terkekeh. “Kedengeran classic sih, tapi saya serius.”

You can lean your head on me, okay?

I won't ask anything about your sadness and I won't force you to tell everything if you really don't want to.

But please lean your head on me. Karena saya mau tahu sejahat apa dunia sama kamu.”

Zeya hanya terdiam menatap Jarel. Sedangkan Jarel tersenyum dan kemudian kembali mengacak pelan rambut Zeya.

“Udah, makan lagi tuh, cair nanti,” ucapnya terkekeh membuat Zeya mengalihkan fokusnya dan segera kembali menghabiskan sundae strawberrynya.

“Makasih,” ucap Zeya pelan.

“Buat?”

“Udah mau nemenin jajan ini, hehe …”

Jarel tersenyum.

“Sama-sama.”