Kritis
Sudah lima jam mereka menunggu di depan ruang operasi. Arjeno dan Najendra bahkan sangat frustasi, mereka berdua tidak berhenti menangis
Tak lama dokter keluar dari ruang operasi itu. Semua orang langsung menghampiri dokter tersebut
“Dok gimana papa saya? Selamat kan?” Tanya Arjeno
Dokter itu menghela napas “kami sudah berusaha, tapi sayang peluru itu melukai bagian jantungnya sangat parah”
“Pasien kritis, saat ini kita hanya bisa berdoa saja. Maafkan saya, permisi”
Arjeno dan Najendra terdiam
“Om, ini bohong, ini pasti bohong kan? Papa baik-baik aja kan?! Om Tendi? Om Jep? Om Yuta? Om Iyan? Tolong bilang kalo papa baik-baik aja. PAPAAAAAAA” Arjeno menangis histeris
Iyan langsung memeluk Arjeni erat “tenang nak, papa kamu pasti baik-baik aja, tenang ya?”
Najendra hanya terdiam, ia tidak tahu harus menangis atau tidak. Rasanya sakit sekali, kenapa semesta selalu saja menimpakan segala keperihan pada mereka?