Kita Selesai.
Siang itu, dengan perasaannya yang campur aduk, serta pikirannya yang tidak lepas dari Juli. Sagara mempercepat langkah kakinya agar segera masuk.
Netranya bergerak mencari atensi orang yang ia cari.
Sedikit ramai, membuat Sagara menyipitkan matanya berulang kali.
Kedua kakinya kembali melangkah ketika ia melihat Fauzan tengah duduk di meja halaman belakang,sambil berhadapan dengan perempuan yang ingin ia temui akhir-akhir ini.
“Ikut” ucap Sagara yang tiba-tiba saja meraih tangan Juli.
Juli yang tengah mengobrol berdama Fauzan lantas terkejut, begitu pula dengan Fauzan.
Sagara menarik Juli menjauh dari sana, membuat Juli kesakitan sebab genggaman Sagara terlalu kuat.
“Sa sakit …,” ucap Juli.
Sagara menghentikan langkahnya setelah dirasa cukup Jauh dari jangkauan Fauzan.
“Kenapa gak mau ketemu aku? Sedangkan Ozan, kamu mau,” tanya Sagara.
Juli terdiam kemudian ia menghela napasnya.
“Jawab Jul.”
“Aku sakit, aku nungguin kamu. Aku pengen jelasin semuanya sama kamu. Tapi ka—“
“Ok, silahkan jelasin.” Nada bicara Juli terdengar sangat datar membuat Sagara terdiam.
“Ayo, katanya mau jelasin.”
“Apa yang mau dijelasin? Hubungan kita yang cuma sebatas taruhan, iya?”
Lagi, Sagara terdiam.
“Bukan gitu …,”
Juli menarik napasnya dalam, kemudian ia menatap Sagara.
“Kita udah selesai, Sa.”
Sagara menggeleng.
Juli segera melangkahkan kakinya, namun Sagara lebih dulu menahan tangan Juli.
“Dengerin aku du—“
“Lepasin, Sa,” ucap Juli berusaha melepaskan genggaman Sagara.
“DENGERIN GUE DULU JULI!” Sagara berteriak membuat Juli terdiam.
“LO SALAH PAHAM!”
Netra Sagara memerah, ia menatap Juli dengan tangannya yang mencengram pergelangan perempuan itu kuat.
“Gak usah teriak!” Tiba-tiba Saja Fauzan datang menarik Juli agar terlepas dari Sagara. Membuat Sagara menatap Fauzan penuh amarah.
Tangannya mengepal, lantas tanpa berlama-lama Sagara segera mendekat.
“Anjing! Gara-gara lo!” Umpat Sagara yang tiba-tiba saja menarik Fauzan dan melayangkan sebuah pukulan pada wajahnya, membuat beberapa orang disana berteriak kaget termasuk Juli.
Fauzan yang kini terjatuh menatap Sagara. Kemudian ia berdiri dan langsung menarik kerah baju Sagara. “Maksud lo apaan monyet!” Fauzan menatap Sagara penuh amarah.
Juli yang melihat itu buru-buru mendekat berusaha memisahkan.
“Lo ngapain kesini? Mau deketin Juli, lo?” Tanya Sagara.
Tangan Juli berusaha melepaskan genggaman Sagara dari kerah baju Fauzan.
“Sa, udah jangan gini …”
“JAWAB ANJING!” Teriak Sagara membuat Fauzan yang tadinya diam naik pitam.
“APAAN SIH TOLOL!”
“SAGARA U—“
“LO DIEM!” Teriak Sagara sambil mendorong Juli, membuat ucapan perempuan itu terpotong sebab ia terhuyung dan terjatuh.
Fauzan yang melihat itu lantas segera melayangkan pukulan pada wajah Sagara. “ANJING! PIKIR PAKE OTAK!” Ucap Sagara yang segera beralih meraih tangan Juli.
Sagara panik, ia lalu beranjak dan segera mendekat ke arah Juli. Namun, belum sempat Sagara mendekat, Juli sudah lebih dulu bersama Fauzan.
“Jul—“ ucap Sagara.
“Bacot, mending lo mikir. Sakit otak lo. Disini yang brengsek tuh elo!” Fauzan menunjuk Sagara.
Juli yang berada di samping Fauzan hanya bisa menunduk. Kemudian mereka berdua pergi meninggalkan Sagara.
Sagara mengacak rambutnya frustasi.
“Tolol!”