Kesayangan Mama
Suara gelak tawa memenuhi ruang makan malam ini. Obrolan-obrolan sederhana, canda tawa menyatu membuat hangat suasana.
Keempat orang itu berkumpul di meja makan, tampak hangat sekali.
“Mau ini?” Tanya Clarissa pada putranya yang duduk berhadapan dengan dirinya.
“Mau,” ucapnya mengangguk senang.
Clarissa tersenyum, kemudian ia membagi nasi dan lauk pauk kesukaan putranya itu.
“Wih banyak banget Mama masaknya,” ucap anak lelaki itu pada Clarissa membuat Clarissa terkekeh.
“Iya, Mama udah lama gak masak,” balas Clarissa.
Binar mata Clarissa benar-benar terpancar, apalagi ketika ia melihat bagaimana senyum bahagia anak lelakinya ketika menyantap makanan yang ia masak.
Senang, Clarissa senang sekali sebab apa yang ia buat diapresiasi begitu hangat oleh putra bungsunya.
“Mama …,” si sulung memanggil, membuat Clarissa menoleh.
“Kenapa, Kak? Mau ini juga?” Tanya Clarissa menunjuk sebuah piring berisi daging ayam.
Yang ditanya menggeleng. “Enggak, Ma,” ucapnya.
“Ini enak Kak,” sahut si bungsu membuat Clarissa tersenyum.
“Tuh, kata adikmu enak. Mau enggak?” Tanya Clarissa yang akhirnya membuat si sulung mengangguk dan tersenyum.
“JANGAN DIHABISIN KAK!” sahut si bungsu membuat Clarissan terkekeh.
“Gapapa, nanti kalau habis Mama masak lagi,” ucap Clarissa.
Mereka mulai menyantap makanannya masing-masing setelah obrolan-obrolan kecil itu memenuhi ruangan.
Di samping Clarissa ada Johan-suami sekaligus ayah dari kedua putranya.
Lelaki itu melirik Clarissa sejenak, ia menarik napasnya dalam sebelum akhirnya ia menyantap makanannya.
“Selamat makan kesayangan Mama,” ucap Clarissa