Kenapa?
Biru menghela napasnya, kini ia tengah berada di halaman rumah milik lelaki yang akhir-akhir ini mengali sebagai papanya.
Dengan langkah yang ragu, ia lalu melangkahkan kakinya ke depan pintu rumah itu.
Biru memencet bel rumah itu beberapa kali, lalu tak lama pintu terbuka, menampakkan sosok lelaki yang sangat asing bagi dirinya.
Lelaki di hadapan Biru terlihat sangat terkejut, matanya membulat, lalu ia menjatuhkan gelas yang sedang di pegangnya.
“B-bumi?” Ucap Lelaki di hadapannya itu.
Lelaki itu lalu tiba-tiba saja terduduk.
Biru hanya terdiam.
Lalu tak lama terdengar suara lelaki paruh baya “Kak, siap—“
Lelaki paruh baya itu terdiam kaku saat melihat siapa yang kini berdiri di hadapannya.
“B-biru...?”
Ia lalu melangkahkan kakinya, lalu ia memeluk tubuh Biru dengan sangat erat, lalu ia menangis.
“Maaf, maaf, maaf, maafin papa...” ucap Johnny lirih.
Di sisi lain, Azri yang terdiam tidak paham melihat apa yang sedang terjadi di hadapannya kini.
“Biru? Siapa? Kenapa papa minta maaf...” ucap Azri.
Biru hanya terdiam tanpa menjawab ucapan Azri, ia lalu mengalihkan pandangannya kepada Johnny yang kini tengah memeluknya.
“Maaf, maafin papa nak maafin papa” ucap Johnny lagi sambil tersu mengeratkan pelukannya pada Biru.
Anak itu hanya terdiam tanpa membalas pelukan Johnny. Di dalam lubuk hatinya, ada sesuatu yang terasa hidup kembali. Entah lah, tapi ini rasanya hangat.
Pelukan ini, pelukan yang selalu Biru inginkan, pelukan yang selama ini selalu biru cari. Iya, pelukan ini, pelukan seorang ayah terhadap anaknya. Biru ingin itu, sangat
Dengan keras, Biru menahan air matanya agar tidak menangis. Ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan lelaki ini.
“Kenapa?” Tiba-tiba saja Biru berucap.
“Kenapa kamu buang saya?”
Johnny melepaskan pelukannya, lalu ia menatap anak lelaki di hadapannya.
“Biru...”
“Kenapa? Kenapa kamu buang saya ke depan panti asuhan? Kenapa? KENAPA?!”
Johnny terdiam.
“Kenapa? Kenapa kamu lakuin itu hah?! JAWAB!” Ucap Biru dengan penuh emosi.
Johnny menunduk “maaf...”
“Kamu tatu? Gimana saya selama ini selalu mencari sosok ayah? Tau gak gimana sakitnya saya selama ini? Di saat semua orang mempunyai sosok lelaki tangguh di hidupnya, lelaki yang bisa di andalkan, lelaki yang mampu memberi segala kebahagiaan pada anaknya, saya cuma diem. Kamu tau gak betapa sakitnya saya saat orang-orang menghina saya hanya karena saya tidak mempunyai seorang ayah. Kenapa? Kenapa kamu buang saya, hah?”
Lagi-lagi Johnny hanya terdiam.
“Kenapa diem aja? Ayo jawab. JAWAB!!!” Bentak Biru, napasnya tersenggal-senggal, matanya memerah, air matanya tanpa sadar turun.
“Jawab, ayo jawab. Kenapa kamu buang saya? PAPA JAWAB!”
“KARENA PAPA TAKUT!” Ucap Johnny, lalu ia menjatuhkan dirinya sambil menangis.
“Papa takut Biru, papa takut...” ucap Johnny sambil memegang sebelah dadanya, sesak.
“Kenapa?”
“JAWAB!”
“KARENA KAMU DAN BUMI GAK PERNAH DI HARAPKAN!” Johnny menangis, meraunh, ia berteriak frustasi.
Demi apapun, dunia Biru tiba-tiba terasa hancur, hatinya remuk, langitnya runtuh.
Biru terduduk, kakinya lemas, bahkan sorot matanya terlihat kosong.
Ia anak yang tidak di inginkan? Kehadirannya tidak pernah di harapkan? Kenapa? Kenapa bisa?
Tanpa Biru sadar, Azri beranjak lalu memeluk erat Biru.
“Maaf, maafin papa...” ucap Azri berbisik.
Biru menangis di pelukan Azri. Kenapa rasanya sakit sekali?
Meskipun Azri masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi, namun ia cukup pintar untuk menangkap point penting dari kejadian barusan.
Biru... Anak ini adalah adiknya.
Azri memeluk erat Biru, tiba-tiba saja rasa bersalah menyeruak ke ruang dada lelaki itu. Bayangannya akan Bumi seolah memenuhi kepalanya.
Sakit, sungguh sakit.
Kenapa semesta bisa serumit ini memberi takdir?
Johnny beranjak, lalu berusaha memeluk dan meminta maaf pada Biru. Namun sayang, Biru menepisnya.
Biru melepaskan pelukan Azri, lalu beranjak dari duduknya.
Ia menatap Johnny.
“Gak usah nemuin saya lagi...”
“Biru...” ucap Johnny lirih.
“Bukannya saya anak yang tidak di inginkan?”
Biru menghela napasnya, lalu ia beranjak pergi dari rumah itu.
Untuk pertama kalinya, ia merasakan sakit luar biasa.
Anak malang.