Jangan Sedih Sendirian

Di hamparan rerumputan hijau dengan pemandangan sebuah danau di depannya, Janu dan Senja terduduk sambil menikmati sebungkus bubur yang sebelumnya mereka beli di pinggir jalan.

Janu tersenyum sambil memeperhatikan perempuan yang tengah sibuk memakan bubur itu. Janu terdiam sejenak, lalu terkekeh pelan.

“Yang bener Senja makannya, itu bubur belepotan loh” ucap Janu.

Senjani hanya terkekeh “Maaf”

Butuh waktu beberapa menit untuk mereka menghabiskan makanannya.

Senjani menghela napasnya, membuat Janu menoleh “Kenapa?” tanya Janu.

“Janu...”

“Hmm?”

“Aku jahat, ya?”

Janu terdiam mendengar ucapan perempuan itu.

“Aku jahat ya karena jadiin Biru pelampiasan? Janu aku jahat banget” ucap Senjani lirih.

Janu menghela napasnya, ia lalu menatap perempuan di sampinga itu.

“Ja, coba liat mata aku” ucap Janu.

Senjani menoleh.

“Iya kamu Jahat” ucap Janu.

“Tapi Ja, bahkan mungkin kalau aku jadi kamu aku bakal lakuin hal yang sama”

“Karena apa? Karena gak mudah lupain kenangan yang bahkan udah di lama di laluin bareng-bareng.”

“Capek, ya?”

Senjani mengangguk pelan.

Janu tersenyum dengan mata yang hampir menutup, lalu dengan berani, ia mengulurkan tangannya untuk mengusap pelan pucuk kepala Senjani.

“Kamu hebat Senja”

Lalu tiba-tiba saja Senjani menangis “Janu...” ucapnya lirih.

Janu terkekeh kala melihat ekspresi wajah Senjani yang menurutnya terlalu menggemaskan.

“Sini” ucap Janu menepuk pelan pundaknya.

“Sini kepalanya, jangan sedih sendirian Ja”

“Janu, kenapa ya takdir aku terus aja muter bahkan mungkin seakan-akan terulang?”

“Senjani, Tuhan pasti tahu kamu hebat. Percaya, ya? Cepat atau lambat, semua bakal baik-baik”

“Udah, ya? Disini kamu gak sendirian Ja, ada aku disini, aku gak bakal biarin kamu nanggung semuanya sendiri”

“Janu, makasih”

Janu tersenyum mendengar ucapan Senjani.

Lelaki itu menghela napasnya.

Iya Ja, kamu gak bakal nanggung semuanya sendiri, gue disini, selalu. Bahkan sekalipun gue gak bisa dapetin hati lo. Gue mau jadi cahaya dan tempat buat lo ngeluarin semuanya, meskipun posisi gue masih kalah di banding Biru.

“Senjani, gue sayang sama lo” ucap Janu pelan, sangat pelan.